Pages

May 31, 2013

Side Effects (2013)

Steven Sodenberg, setelah sekses dengan Contagion tahun 2011 lalu. Sebuah film thrilller yang menyoroti dunia medis. Mungkin mencoba menuai hasil yang sama seperti pendahulunya. Tahun ini dia kembali membuat film dengan tema yang sama yakni obat-obatan, Side Effects.

Side Effects mengisahkan tentang Emily Taylor (Rooney Mara) seorang wanita yang mengalami rasa depresi, pasca mendekapnya sang suami ke penjara, Martin (Channing Tatum), bahkan sempat beberapa kali melalukan percobaan bunuh diri. Dia pun pergi ke seorang psikiater bernama Jonathan Banks (Jude Law), setelah sebelumnya juga pernah berkonsultasi dengan psikiaternya terdahulu, Victoria Siebert (Catherine Zeta Jones). Dia pun diberi obat anti-depresi bernama Ablixa, dan ternyata obat tersebut memiliki efek samping yang membuat hidupnya semakin rumit.

Naskah cerita yang ditulis oleh Scott Z. Burns sedari menit awal memang sudah dibuat dengan rapi sedemikian rupa dengan segala intrik dunia medisnya yang misterius. Diberikan twist demi twist yang cerdas. Tensi cerita yang naik turun. Ditambah lagi dengan teknik penyutradaraan yang apik dari Steven Soderbergh. Tone dan pengambilan gambarnya yang membagun suatu atmosfir dan kesan yang depresif serta misterius. Contohnya seperti adegan pembuka yang menyoroti sebuah gedung kemudian semakin mendekat. Apalagi dengan scoring-music ciamik dari Thomas Newman yang semakin membuat atmosfer yang diharapkan sang sutradara semakin terasa. Film ini juga mengangkat isu-isu seperti kriminal, lesbian dan percintaan.

May 22, 2013

12 Angry Men (1957)


Disebut-sebut sebagai sebagai salah satu film drama courtroom terbaik, film klasik hitam putih terbaik, dan mengantongi 3 nominasi Oscar pada zamannya. Sudah cukup untuk membuat hati saya yakin-seyakin-yakinnya untuk menonton film ini; 12 Angry Men.

12 Angry Men mengisahkan tentang dua belas juri yang ditugaskan untuk memutuskan bersalah atau tidaknya seorang anak laki-laki yang telah membunuh ayahnya sendiri. Keputusan harus dibuat secara bulat yakni 12 lawan 0, tidak boleh ada satu juri pun yang berbeda. Pertemuan ini dipimpin oleh juri #1 (Martin Balsam), dia meminta untuk mengangkat tangan apakah anak itu bersalah atau tidak kepada juri lainnya. Dan ternyata hasilnya 11 untuk bersalah dan 1 suara untuk tidak bersalah, yakni juri #8 (Henry Fonda). Adu urat syaraf pun tidak terelakkan, satu persatu argumen dilontarkan antar juri yang semakin membuat diskusi semakin memanas.

Well, menonton sebuah film hitam putih memang tidak mudah. Apalagi untuk kasus 12 Angry Men, selama satu jam lebih melihat dua belas orang yang hanya beradu pendapat dalam satu ruangan. Sebagian orang mungkin akan mengernyitkan dahinya jika ditawari film ini. Apalagi masyarakat zaman sekarang sudah ter-mindset dipikirannya bahwa film jadul khususnya hitam putih adalah film yang membosankan. You’re wrong man. Namun percayalah, 12 Angry Men akan membawamu kedalam sebuah pengalaman sinematis yang berbeda dan unik. Membosankan? Absolutely no! Sidney Lumet selaku sutradara tahu betul bagaimana caranya meramu sebuah film yang sepertinya berpotensi membosankan menjadi sebuah drama yang sangat menarik dan menegangkan. Beliau membuktikan sebuah film yang hebat tidak harus dibuat dengan budget besar. Cukup dengan kesederhanaan satu set ruangan dan dua belas aktor bertalenta super.

May 13, 2013

Evil Dead (2013)


Sebelum trilogy Spider-Man versi Tobey Maguire, nama seorang Sam Raimi sudah jauh terkenal terlebih dahulu lewat film horror The Evil Dead tahun 1981 silam. Yang katanya sebagai film horror terbaik dalam sejarah perfilman dunia yang pernah dibuat oleh manusia. Dan tahun ini bergerak sebagai produser bekerja sama dengan sutradara Fede Alvarez membuat remake untuk film tersebut, Evil Dead.

Evil Dead mengisahkan lima orang remaja; David (Shiloh Fernandez), Eric (Lou Taylor Pucci), Mia (Jane Levy), Olivia (Jessica Lucas) dan Natalie (Elizabeth Blackmore) yang sedang “berlibur” ke sebuah pondok di hutan untuk menyembuhkan Mia atas ketergantungannya terhadap narkoba. Namun rencana pun berubah ketika mereka menemukan sebuah buku diruang bawah tanah. Sampai salah satu diantara mereka membaca mantra yang ada dibuku tersebut yang membuat bangkitnya arwah yang merasuki dan membunuh mereka.

Jujur, saya belum pernah menonton versi asli The Evil Dead yang legendaris itu, apalagi sequelnya Evil Dead II dan Army of Darkness. Jadi bermodalkan tidak tahu-menahu dan tidak ingin tahu mengenai jalan ceritanya, saya pun menontonnya. Well, me-remake sebuah film memang tidak mudah apalagi horror, besar kebanyakan akan berakhir dengan kekecewaan, tapi untuk kasus Evil Dead sedikit berbeda. Sutradara muda asal Uruguay, Fede Alvarez yang duduk dibangku sutradara melakukan tugasnya dengan baik. Tanpa harus terlihat menjiplak habis versi aslinya namun juga tidak melupakan pendahulunya, membuat versinya dengan berbeda dan segar. Jika melihat plotnya mungkin akan terdengar klise. Lihat saja dimana ada sekelompok remaja liburan di cabin, mungkin anda sudah mengetahui jalan cerita selanjutnya. Contoh yang paling fresh The Cabin in the Woods misalnya.

May 12, 2013

Java Heat (2013)


Mungkin jika saya sebutkan nama sutradara Conor Allyn, anda tidak akan mengenalinya. Tapi bagaimana jika saya menyebutkan judul-judul seperti Merah Putih, Darah Garuda dan Hati Merdeka. Ya, dia adalah dalang dibalik ledakan-ledakan besar di Trilogi Merdeka. Dan tahun ini, dia kembali membuat ledakan dengan Java Heat.

Java Heat mengisahkan tentang pasca kejadian bom bunuh diri yang meledak di pesta amal Keraton Yogja yang menewaskan Sultana (Atiqah Hasiholan), putri sang sultan. Disisi lain seorang bule yang mengaku asisten dosen bernama Jake Travers (Kellan Lutz), satu-satunya saksi mata yang melihat kejadian tersebut dicurigai seorang polisi di kesatuan Densus 88, Letnan Hashim (Ario Bayu) bahwa dia terlibat dalam kejadian itu.

Naskah cerita yang ditulis oleh bapaknya si sutradara, Rob Allyn. Premis Java Heat memang tampak meyakinkan. Apalagi dengan ide menggabungkan aktor-aktris Hollywood dan Indonesia. Ada Kellan Rutz yang kita kenal lewat seri Twilight-nya, lalu ada nama Mickey Rourke yang kita kenal sebagai villain di Iron Man 2. Lalu ditambah dengan citarasa nusantara bintang limanya macam Ario Bayu, Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, Uli Auliani, Verdi Solaiman, Tio Pakusadewo. Wow, nama-nama yang sepertinya tidak usah diragukan lagi di kancah perfilman lokal. Dan apalagi dengan budgetnya mencapai 15 juta dollar untuk membuat sebuah film yang banjir ledakan, tidak usah dipertanyakan lagi. Hmm, kurang apalagi coba?

May 7, 2013

Akeelah and the Bee (2006)


Direkomendasikan oleh dosen, saya mendonwloadnya, saya menontonnya, saya pun puas. Mungkin itu sedikit chit-chat ngga penting dari saya. Langsung aja baca reviewnya Akeelah and the Bee.

Akeelah and the Bee mengisahkan tentang remaja perempuan berumur 11 tahun bernama Akeelah Anderson (Keke Palmer) yang duduk dibangku SMP. Singkat cerita dia mengkikuti seleksi untuk mewakili sekolahnya di ajang spelling bee, dia pun lolos. Lalu mengkuti kompetisi tingkat regional. Hingga ke tingkat nasional bernama Scripps National Spelling Bee. Namun perjuangannya itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Jujur sebenarnya Akeelah and the Bee sama sekali tidak menyuguhkan sesuatu yang spesial, semua tersaji layaknya tipikal film drama inspirasional kebanyakan, klise dan mudah ditebak. Namun semua ketidakspesialaan itu berhasil ditangkis keras oleh Doug Atchison selaku sutradara dan penulis cerita film ini. Dia berhasil menjadikannya sebuah tontonan keluarga yang menghibur dan juga inspirasional. Dan seperti kebanyakan film sejenis ini selalu ada momen-momen yang didramatisir serta lengkap dengan segala petuah-petuah motivasinya. Tanpa harus terlihat terlalu sentimental atau banjir air mata dan tisu. Apalagi dengan ditambahnya elemen berlabel keluarga dan persahabatan. Sangat mengasyikkan sekali melihat perjuangan Akeelah mengejar impiannya menjadi juara 1 kompetisi spelling bee selama hampir dua jam.

May 5, 2013

Iron Man 3 (2013)


Setelah melenggang dengan mulus dan sukses di fase pertama Marvel Cinematic Universe yang ditutup oleh The Avengers tahun lalu. Tidak perlu waktu lama, Marvel langsung memulai fase keduanya dengan Iron Man 3.

Iron Man 3 yang mengisahkan tentang kehidupan Tony Stark (Robert Downey Jr.) pasca The Avengers. Dia kini harus menghadapi masalah personalnya yang membuat hubungan dengan kekasihnya, Pepper Potts (Gwyneth Paltrow) merenggang. Selain itu dia juga harus menghadapi sekelompok teroris yang dipimpin The Mandarin (Ben Kingsley). Selain itu juga dia mau tidak mau harus menghadapi Aldrich Killian (Guy Pearce) seorang ilmuwan yang sedang mengembangkan temuannya yang disebut Extremis, sebuah obat yang dapat membuat oraang yang memakainya memiliki kekuatan lebih.

Setelah Iron Man 1 dan 2 yang disutradarai Jon Favreau, kini di franchise ketiganya bangku sutradara diwarisi Shane Black yang juga merangkap sebagai penulis cerita. Mempunyai jalan cerita yang sedikit berbeda dari dua film sebelumnya, yang mana di 1 dan 2 sosok Tony Stark/Iron Man yang mengalami masa kejayaannya sebagai superhero. Namun di film ketiganya ini sosok Tony Stark harus dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa Iron Man tidak ada apa-apanya jika tanpa baju tempurnya itu, dia cuma manusia biasa. Meski menghadirkan cerita yang lebih personal dan kompleks. Iron Man 3 tentu tetap mampu menyuguhkan segudang adegan aksi yang menawan. Untuk sebuah film superhero mustahil rasanya jika tidak memberikan action yang megah.