Mungkin jika saya sebutkan nama
sutradara Conor Allyn, anda tidak akan mengenalinya. Tapi bagaimana jika saya
menyebutkan judul-judul seperti Merah Putih, Darah Garuda dan Hati Merdeka. Ya,
dia adalah dalang dibalik ledakan-ledakan besar di Trilogi Merdeka. Dan tahun
ini, dia kembali membuat ledakan dengan Java Heat.
Java Heat mengisahkan tentang pasca kejadian bom bunuh diri yang
meledak di pesta amal Keraton Yogja yang menewaskan Sultana (Atiqah Hasiholan),
putri sang sultan. Disisi lain seorang bule yang mengaku asisten dosen bernama
Jake Travers (Kellan Lutz), satu-satunya saksi mata yang melihat kejadian
tersebut dicurigai seorang polisi di kesatuan Densus 88, Letnan Hashim (Ario
Bayu) bahwa dia terlibat dalam kejadian itu.
Naskah cerita yang ditulis oleh
bapaknya si sutradara, Rob Allyn. Premis Java Heat memang tampak meyakinkan.
Apalagi dengan ide menggabungkan aktor-aktris Hollywood dan Indonesia. Ada
Kellan Rutz yang kita kenal lewat seri Twilight-nya,
lalu ada nama Mickey Rourke yang kita kenal sebagai villain di Iron Man 2. Lalu
ditambah dengan citarasa nusantara bintang limanya macam Ario Bayu, Atiqah
Hasiholan, Rio Dewanto, Uli Auliani, Verdi Solaiman, Tio Pakusadewo. Wow,
nama-nama yang sepertinya tidak usah diragukan lagi di kancah perfilman lokal.
Dan apalagi dengan budgetnya mencapai 15 juta dollar untuk membuat sebuah film
yang banjir ledakan, tidak usah dipertanyakan lagi. Hmm, kurang apalagi coba?
Sepintas Java Heat memang tampak menjanjikan. Tapi apa yang terjadi di
lapangan berbeda apa yang ada di atas kertas. Masalah jajaran cast-nya, Conor
menyia-nyiakan talenta-talenta yang sebenarnya berbakat, bahkan dua nama Hollywood
di film ini tidak membantu. Ada beberapa nama yang menarik perhatian saya, yang
saya rasa bermain dengan bagus yakni Uli Aulianur, Rio Dewanto dan Verdi
Solaiman, sayang durasi mereka diberikan sedikit sekali. Oh iya, mengingat film
ini juga disajikan menggunakan bahasa Inggris, ya seharusnya para jajaran cast
bisa melafalkan setiap dialognya dengan bagus, namun nyatanya? Selain itu juga banyak
juga adegan dan dialog yang bodoh dan tidak logis. Ah sudahlah, cukup membicarakan
kekacauan Java Heat.
Ya, setidaknya Java Heat masih bisa memberikan sajian
ledakan dan jual beli peluru yang cukup asyik dinikmati. Serta keindahan
Yogjakarta yang indah nan eksotis, dan tentunya niatan baik untuk memadukan unsur
budaya Indonesia dengan action adalah suatu ide yang bagus. Tapi itu tidak
cukup.
6/10
No comments:
Post a Comment