“Everyone
has a part of themselves they hide, even from the people they love most. And you don’t have forever, none of us ever
do.” – Aunt May
The Amazing
Spider-Man 2 mengisahkan tentang Peter Parker (Andrew Garfield) sebagai
seorang Spider-Man yang masih dibayang-bayangi pesan terakhir ayahnya Gwen
yakni harus meninggalkan Gwen Stacy (Emma Stone) karena khawatir akan masuk
kedalam situasi yang berbahaya. Di sisi lain dia harus melawan musuhnya yakni
Max Dillon/Electro (Jamie Fox) yang bisa mengendalikan listrik. Ditambah lagi
semakin diperumit dengan hadirnya teman masa kecil Peter sekaligus sekarang pimpinan perusahaan Osborn yakni Harry Osborn
(Dane DeHaan) yang meminta sebuah bantuan kepada Peter yang justru membuat keberadaan
Spider-Man terancam.
Marc Webb masih
bertindak sebagai sutradara. Film yang mempunyai judul lain The Amazing
Spider-Man 2: Rise of Electro ini ditulis oleh Alex Kurtzman, Roberto Orci,
Jeff Pnkner, dan James Vinderbilt. Dengan melihat banyaknya penulis di film ini
ternyata berbanding sama dengan banyaknya ruang cerita yang dihadirkan, yang
imbasnya di beberapa bagian terasa kurang maksimal dan fokus. Mulai dari kisah
cinta antara Peter dan Gwen yang dihantui oleh pesan terakhir ayahnya Gwen,
lalu Peter dan keluarganya yakni bibi May serta masih dibayangi rasa penasaran
terhadap orang tuanya, lalu Peter sebagai seorang superhero yang harus melawan
dengan ketiga musuhnya; Electro, Green Goblin, dan Rhino.
Sekuel keduanya
ini masih memberi selipan humor-humor ringan dari Peter. Penempatan
bagian-bagian pengundang tawanya pas. Mengingat Marc Webb yang pernah membuat
salah satu film romansa favorit semua orang yakni (500) Days of Summer,
tidak mengherankan jika jalinan kisah romansa di film ini cukup kental terasa
antara Peter dan Gwen. Jika melihat ending-nya, senang rasanya akan
melihat Shailene Woodley sebagai Mary Jane di film selanjutnya. Dan bagian yang
paling menjadi titik perhatian adalah villain-nya. Seakan tidak mau
belajar dari kesalahan Sam Raimi di Spider-Man 3 yang memberi langsung
tiga musuh dalam satu film. Di film ini pun yang seharusnya Electro menjadi
musuh utama terasa kurang dan harus rela berbagi ruang dengan Harry
Osborn/Green Goblin plus Rhino. Seperti pendapat orang, apakah film ini hanya dijadikan sebagai jembatan untuk membentuk universe mereka yakni Sinister Six?
Dari divisi
akting, Andrew Garfield sebagai Peter Parker/Spider-Man diperankan dengan bagus
olehnya, di satu sisi dia heroik, di sisi lain jenaka. Punya chemistry yang
bagus bersama Emma Stone lewat jalinan cinta Peter-Gwen. Namun yang mencuri
perhatian jelas adalah Dane DeHaan, sebagai seorang dengan kehidupan kompleks.
Nama-nama lain turut menghiasi layar ada Jamie Fox, Sally Field, Paul
Giamatti, Felicity Jones dan Chris Cooper. Scoring-music arahan Hans Zimmer dan The Magnificent Six juga
pas menghiasi setiap adegan-adegannya. Lalu dari spesial efek, CGI yang ada di The
Amazing Spider-Man 2 ini memang mengalami peningkatan, itu paling asyik
ketika menghiasi bagian action-nya, apalagi ketika itu dipadu dengan
sinematografi apik arahan Daniel Mendel dan penempatan slo-mo yang tepat. Namun
di beberapa bagian saya merasa masih ada yang kurang halus, kesan animasinya
masih terasa.
Secara
keseluruhan The Amazing Spider-Man 2 adalah sebuah film yang bagus dalam
durasi 141 menitnya. Cuman karena ruang ceritanya terlalu luas, akhirnya ada
beberapa bagian yang terasa kurang tergali dan maksimal. Namun ini tetap sajian
yang asyik lewat paduan joke dari Peter/Spider-Man, kisah pahit-manis
Peter-Gwen, dan bagian aksinya melawan musuh-musuhnya yang dikemas menarik.
3/5
Malah gak ngerasa puas sama TASM2. Terlalu berat di romance dan plotnya entah fokus kemana.
ReplyDeleteIya, karena terlalu banyak yang mau diceritain, akhirnya plotnya gak fokus. Tapi saya enjoy aja kok nontonnya. :)
ReplyDelete