Setelah film Merantau tahun 2009 silam, Gareth Evans yang berhasil mengangkat
industri perfilman Indonesia. Mengangkat seni beladiri pencak silat ke dalam
film, tentu sebuah tindakan sangat berani. Dan sekarang tahun 2012 Indonesia
kembali dibuatnya senang dengan The Raid:
Redemption.
The Raid: Redemption menjadi buah bibir di dunia maupun lokal.
Setelah film ini yang berhasil meraih penghargaan festival seperti Sundance,
TIFF, SXSW dan MOMA ND/NF. Pada awalnya di Indonesia film ini dirilis di INAFFF
2011. Kemudian dirilis secara massal pada bulan Maret 2012.
Film ini berkisah tentang
sekelompok pasukan yang dipimpin oleh Jaka (Joe Taslim) beranggotakan
segerombolan yang terlatih seperti Rama (Iko Uwais), Letnan Wahyu (Peter
Gruno), Bowo (Tegar Satrya) yang ditugaskan untuk menyerbu apartemen berisi
kumpulan kriminal kelas berat seperti Mad Dog (Yayan Ruhian) dan Andi (Donny
Alamsyah). Dari lantai dasar sampai atas, levelnya semakin meningkat. Sampai
akhirnya pada lantai paling atas mereka harus menghadapi bosnya yaitu Tama (Ray
Sahetapy).
Dibuka dengan adegan Rama yang
sedang sholat sebelum bertempur setelah itu tanpa basa-basi kita langsung dipaksa
diajak The Raid untuk menyusuri
apartemen suram tersebut. Mungkin anda tidak akan terlalu mempermasalahkan
premisnya yang simpel itu. Seketika aksi baku hantam dan tembak-tembakkannya
datang, mungkin anda sudah lupa dengan ceritanya. Koreografi pertarungan yang
cantik, memukau dan memanjakan mata. Semua pertarungan yang menambah kenikmatan
menonton film laga ada disini, mulai dari tangan kosong, jual beli peluru, senjata
tajam, satu lawan satu, satu lawan banyak. Jujur, The Raid adalah film laga dengan koreografi terbaik yang pernah
saya tonton sampai saya menulis review ini.
Semua kesenangan menonton laga
tersebut juga tidak lepas dari scoring-nya yang apik. Diracik oleh Aria Prayogi
dan Fajar Yuskemal untuk peredaran di Indonesia. Sedangkan peredaran di
internasional dibuat oleh Mike Shinoda personel Linkin Park. Selain cerita
tentang penyerbuan maut tersebut, The
Raid juga ada beberapa intrik disela-sela aksi film ini seperti konflik
antara Rama dan Bowo misalnya atau Rama dan Andi. Dan untungnya Gareth tidak
mau berlama-lama terlena dengan intriknya itu.
Dari segelintir pujian diatas, The Raid bukanlah film yang sesempurna
itu. The Raid juga mempunyai beberapa
kelemahan selain ceritanya yang dangkal itu yaitu dari segi akting beberapa
aktornya. Pelafalan dialog demi dialog yang diucapkan yang agak kaku dan
penggunaan dialognya yang terlalu baku. Satu-satunya jajaran cast yang kualitas
aktingnya sangat kelihatan adalah Ray Sahetapy sebagai Tama. Dan untungnya
segala kekurangan itu ditutup dengan bagus oleh koreografinya yang menawan.
Dan kabarnya The Raid akan dibuat sekuelnya, Gareth Evans menjanjikan pada
sekuelnya nanti akan banyak aksi kejar-kejaran menggunakan mobil, dengan judul Berandal. Sekali lagi harus saya
pertegas, ini bukanlah film keluaran Hollywood atau manapun. Ini adalah film
action dari Indonesia yang brutal, sadis, penuh aksi dan lebih ada gregetnya! So, masih mau bilang kalau film Indonesia tidak ada yang berkualitas? Itu artinya anda belum menonton The Raid.
8/10
8/10
No comments:
Post a Comment