Setelah 2 tahun
lalu Gareth Huw Evans menggebrak dunia film action dan megharumkan nama
Indonesia lewat The Raid: Redemption. Jelas tidak ada alasan untuk tidak
membuat sequelnya, bahkan Gareth sudah mencanangkan untuk membuat trilogy. Dan
jelas ekspektasi meningkatkan, apalagi film kedua ini banyak masuk di list film
paling diantisipasi tahun ini. Jika apa yang anda lihat di film pertamanya
sudah super, maka kalikan berkali-kali lipat kesuperan di film pertamanya itu,
itulah The Raid 2: Berandal.
The Raid 2:
Berandal mengisahkan dua jam setelah akhir film pertamanya. Rama (Iko
Uwais) kini telah bergabung dengan pasukan yang dipimpin Bunawar (Cok Simbara),
dia ditugaskan untuk menyelidiki polisi-polisi yang terlibat dalam criminal.
Dia pun menyamar dengan menggunakan indentitas baru bernama Yudha, dia berusaha
mendekati Uco (Arifin Putra) putera dari mafia bernama Bangun (Tio Pakusadewo).
Namun Rama justru masuk sangat dalam mulai dari permasalahan Bangun dengan
mafia Jepang yang dipimpin oleh Goto
(Kenichi Endo), hingga keterlibatan gangster pimpinan Bejo (Alex Abbad) yang
mempunyai tiga orang andalannya; The Assassin (Cecep Arif Rahman), Hammer
Girl (Julie Estelle) dan Baseball Bat Man (Very Tri Yulisman).
Seperti yang
kita ketahui, Gareth Huw Evans masih memegang kursi sutradara dan sekaligus
menulis nashkahnya. Intinya The Raid 2: Berandal itu adalah tentang
bagaimana melebihi kualitas dari film pertamanya. Jika di film pertamanya
naskah ceritanya dikatakan begitu minim yang hanyalah setipis menyerbu gembong kriminal
di sebuah apartemen. Maka di sequelnya ini ceritanya lebih kompleks dan
berlapis, cerita meluas ke tema politik hingga perebutan kekuasaan dan
pengkhianatan. Yang pertamanya lebih seperti singkat, padat, dan jelas,
sedangkan di film keduanya lebih sedikit banyak memerlukan pemikiran berlebih.
Dosis bagian
action-nya pun ditambah dua kali lipat. Di The Raid 2: Berandal masih
ada adegan pertarungan satu lawan banyak hingga satu lawan satu. Namun jika di
film pertamanya media tarung hanya sebatas pistol dan tangan kosong, maka di
film kedua ini semakin variatif dengan bertambahnya adegan pertarungan
menggunakan palu, tongkat baseball, hingga karambit (senjata tradisional
Minangkabau). Dengan itu juga semakin menambah variasi koreografi action-nya.
Dan dua adegan aksi yang paling mengesankan di film ini yakni perkelahian di
lapangan penjara yang dihiasi lumpur itu yang lebih seperti action ala-ala film
war gitu. Selanjutnya adegan car-chase, ya harus diakui adegan
kejar-kejaran mobil di film ini adalah salah satu yang terbaik yang pernah saya
lihat. Terus dua final fight terakhirnya juga keren punya.
Lalu jika di
film pertamanya setting-nya hanyalah sesempit apartemen 30 lantai. Maka di The
Raid 2: Berandal setting-nya dibawa lebih luas mulai dari sudut-sudut kumuh
penjara hingga liarnya jalan raya. Dengan meluasnya zona bermain ini memberikan
keleluasaan bagi Gareth untuk mengeksplorasi apa yang dia inginkan, contohnya
ketika Gareth menjadikan kota Jakarta yang diguyuri oleh salju. Yang bagi
sebagian orang itu dipandang tidak logis, namun ternyata Gareth mempunyai
alasan terhadap keputusannya itu, alasannya bisa dilihat disini. Juga dengan
set yang lebih besar, memberikan ruang bagi cinematography untuk tampil
ciamik.
Sinematografinya
diarahkan oleh Matt Flannery dan Dimas Imam Subhono. Pengambilan dan pergerakan-pergerakan
dinamis dan liar dari kameranya, hingga memanfaatkan bias-bias warna. Salah
satu sinematografi yang paling saya suka adalah ketika adegan kejar-kejaran
mobil itu. Editingnya juga tak kalah ciamik, disunting sendiri oleh
Gareth Evans. Selanjutnya scoring-music digarap bertiga oleh Aria
Prayogi, Joseph Trapanese, dan Fajar Yuskemal, jelas untuk membuat setiap
adegan-adegannya semakin menakjubakan. Dari divisi akting, Iko Uwais memang
pemeran utamanya dan dia bermain bagus. Namun akting Arifin Putra disini yang
paling saya suka. Disini memang bertabur bintang, ada Oka Antara, Tio
Pakusadewo, Alex Abbad, Cok Simbara, Yayan Ruhian hingga trio pencuri perhatian
Cecep Arif Rahman, Julie Estelle dan Very Tri Yulisman, termasuk ke peran-peran
minor seperti kehadiran Epi Kusnandar dan Marsha Timothy yang mungkin membuat
anda tertawa, if you know what I mean. Dan itu masih belum disebutkan casts
dari Jepang yang juga ikut terlibat disini.
Secara
keseluruhan The Raid 2: Berandal adalah sebuah film aksi yang sangat
bagus. Gareth Evans belajar dari kesalahannya di film sebelumnya. Semua
dilipat-gandakan baik itu dari kualitas atau kuantitas. Naskah cerita yang
lebih berisi, set yang lebih luas, kadar action yang meningkat dengan
tambahan galonan darah, aspek teknis dan divisi akting yang sama baiknya.
Intinya ini adalah sajian action 159 menit dari Indonesia yang tidak boleh anda
lewatkan begitu saja.
4.5/5
No comments:
Post a Comment