Masa SMA adalah masa yang paling
indah dalam hidup kita, dan tidak akan terlupakan sepanjang hidup kita. Yang
mana pada masa itu adalah masa pencarian jati diri, masa peralihan remaja menuju
dewasa, masa dimana kita mulai menyukai lawan jenis. Ya semua hal itu karena disebabkan
oleh satu hal yang disebut dengan C I N T A. Mungkin highlight seperti itulah
yang coba ditawarkan film Thailand yang akan saya review kali ini, Crazy Little Thing Called Love.
Crazy Little Thing Called Love yang mempunyai judul lain First Love: A Little Thing Called Love atau
dalam bahasa Thailand Sing lek lek thi riak wa... rak bercerita tentang
Nam (Pimchanok Luevisadpaibul) seorang wanita jelek, hitam, culun dan dekil
yang diam-diam menyukai seniornya, Shone (Mario Maurer) seorang pria yang
berparas tampan incaran semua wanita. Lalu dengan bantuan teman-temannya, dan
sebuah buku yang berisi berbagai metode untuk mendapatkan hati seorang pria. Maka
Nam pun melalui segala cara
untuk mendapatkan pria idamannya, termasuk mengubah penampilannya. Alhasil Nam pun akhirnya menjadi wanita yang
sangat cantik. Tapi dengan segala perubahan terhadap dirinya, justru teman
dekat Shone lah yang menaruh
hati terhadap Nam. Dan ironis ternyata
Shone telah mempunyai seorang pacar.
Cinta segitiga pun tak terelakkan, jadi apakah dengan segala perjuangan Nam
selama ini dia mampu menaklukkan hati Shone?
Klise memang plot ceritanya,
sudah sering kita temukan dari kebanyakan film bertema serupa. Sama klisenya
dengan pengalaman semua orang ketika sedang merasakan jatuh cinta. Tapi justru
keklisean ceritanya itulah yang menjadi keunggulan dari film ini. Membuatnya
begitu dekat dengan penontonnya. Apalagi budaya dan kebiasaan di Thailand itu
beda-beda tipis dengan di Indonesia, menjadikannya sangat familiar. Selain
cerita tentang Nam dan Shone tadi, ada juga cerita tentang gurunya Nam yaitu
Inn (Sudarat Budtporm) yang menyukai guru Nam lainnya, plot ini juga tidak
kalah menariknya untuk disimak. Film besutan duet sutradara Puttiphong Pormsaka
Na-Sakonnakorn dan Wasin Pokpong ini pada paruh pertamanya memang dipenuhi dengan hal-hal yang menyenangkan namun pada saat
menjelang akhir semua berubah agak sedikit mendrama, seperti konfilk Nam dengan
temannya dan kegalauan Nam terhadap Shone.