Big Bad Wolves mengisahkan tentang putri
dari seorang ayah bernama Gidi (Tzahi Grad) yang baru saja diculik dan dibunuh
oleh seseorang. Kasus ini pun diselidiki oleh seoreang polisi bernama Miki
(Lior Ashkenazi) yang kemudian mencurigai seorang guru sekolah bernama Dror
(Rotem Keinan) sebagai pelakunya. Dror pun diintrogasi, namun apakah benar Dror adalah pelaku yang sebenarnya?
Satu-satunya
alasan terkuat untuk menonton film ini adalah karena adanya pernyataan dari
sutradara Quentin Tarantino yang menobatkan Big
Bad Wolves sebagai film terbaiknya tahun 2013 lalu. Film yang berasal dari
Israel ini disutradarai duo Aharon Keshales dan Navot Papushado yang juga
sekaligus menulis naskah cerita dan menjadi editornya. Big Bad Wolves memulainya dengan santai lewat adegan pembukannya
yang dibalut dengan slow motion
membentuk sebuah motif masalah yang nantinya dijadikan pokok bahasannya. Ini
adalah film tentang sebuah penculikan yang nantinya berubah haluan menjadi film
tentang balas dendam.
Bagaimana sang
ayah disini dirundung rasa kehilangan sekaligus rasa bersalah terhadap kematian
putri tercintanya karena diculik dan akhirnya dibunuh. Sang ayah rela melakukan
apapun agar orang yang dicurigai pelakunya mau mengakui bahwa dialah pelakunya
walau sebenarnya dia tidak tahu apakah tersebut benar-benar bersalah atau
tidak. Big Bad Wolves sarat dengan
konten kekerasannya, yang mana adegan demi adegan penyiksaan ketika sedang
mengintrogasi si pelaku. Adegan penyiksaan yang melibatkan senjata tajam, api
bahkan kontak fisik langsung disajikan dengan cukup membuat bergidik
penontonnya. Dalam durasi satu setengah jam lebihnya kita terus dihujani
pertanyaan; siapa pelaku sebenarnya, apakah Dror memang benar pelaku
sesungguhnya. Kita pun seolah seperti ikut menyelesaikan kasus ini. Dan ketika
bagian ending tiba, Big Bad Wolves
justru menghadirkan twist-ending dan
diakhiri dengan ambigu.
Film yang
pertama kali tayang di Tribeca Film Festival tahun lalu ini memang tampak
seperti suguhan yang begitu serius dan menegangkan. Namun sesungguhkan Big Bad Wolves tidaklah seperti itu,
film ini juga punya sisi black-comedy
yang nendang, komedi-komedinya yang melibatkan dialog ataupun situasi.
Disinilah menariknya Big Bad Wolves,
ketika kita sedang tegang eh bisa-bisanya kita malah tertawa. Bicara aspek
teknis, semuanya pada taraf yang cukup memuaskan. Sinematografi apik arahan
Giora Bejack yang sesekali dihiasi slow
motion cantik. Scoring-music
gubahan Haim Frank Ilfman yang hadir untuk mendukung intensitas ketegangan,
disisi lain juga coba mendinginkan atmosfer ketika scoring bernada komedi hadir. Dari divisi akting, semuanya juga
pada taraf yang memuaskan, bagaimana akting dari trio yang lebih banyak kita
lihat di film ini; Rotem Keinan, Lior Ashkenazi, dan Tzahi Grad bermain bagus.
Secara
keseluruhan Big Bad Wolves adalah
sebuah film thriller dari Israel yang bagus. Tidak berlebihan jika Quentin
Tarantino menjadikan film ini sebagai film terbaik tahun lalunya. Duo sutradara
Aharon Keshales dan Navot Papushado sukses menghadirkan sebuah sajian yang
cukup menegangkan berpadu dengan selipan black-comedy-nya,
ditambah adegan kekerasannya dibalik cerita mengenai balas dendam yang diakhiri
dengan ambiguitas yang kelam dalam durasi 110 menitnya.
4/5
No comments:
Post a Comment