“It’s hard to tell that the world we live in
is either a reality or a dream”
3-Iron mengisahkan tentang seorang pria
bernama Tae-suk (Kee Hyun-kyun) yang punya kebiasaan masuk kedalam rumah orang
lain. Bukan maksud untuk mencuri, justru dia hanya melakukan pekerjaan rumah
seperi, memasak, mencuci, bersih-bersih. Sampai suatu hari dia masuk ke sebuah
rumah yang mana didalamnya ada seorang wanita bernama Sun-hwa (Lee Seung-yeon),
yang selalu kena KDRT oleh suaminya. Karena suatu hal, mereka pun jatuh cinta.
Film yang
mempunyai judul Korea Bin-Jip ini
disutradarai dan ditulis oleh Kim Ki-duk.
Sutradara asal Korea Selatan yang terkenal dengan karya-karyanya yang
super art-house. Saya memang baru
menonton 2 filmnya yakni baru 3-Iron
dan Pieta, dan saya sudah mulai
menyukai gaya penyutradaraanya. Pada 3-Iron,
alur ceritanya bertutur lamban dan naskahnya sebenarnya sederhana sekali. Dan
yang paling terkenal dan unik dari karya kesebelas Kim Ki-duk ini adalah yang
mana kedua pemeran utamanya sama sekali tidak berdialog, bahkan nyaris tak
bersuara. Lee Hyun-kyun memerankan Tae-suk dari awal hingga akhir tidak
mengeluarkan sepatah katapun dalam durasi 88 menitnya. Sedangkan Lee Seung-yeon
memerankan Sun-hwa hanya mengatakan tiga kata saja, itupun diakhir film. Luar
biasanya meskipun tanpa dialog, penonton masih bisa memahami ceritanya melaui
ekspresi dan gestur mereka.
Hebatnya lagi
ini adalah film romance, sekalipun
tak ada dialog, chemistry antara Lee
Hyun-kyun dan Lee Seung-yeon begitu erat. Juga yang menarik dari 3-Iron adalah film ini banyak berisi
simbolisme yang diterjemahkan dalam bahasa visual. Di akhir film ada satu
kutipan seperti yang saya sudah tulis diatas, sulit untuk mengetahui dunia yang
kita huni adalah realita atau mimpi. Yang akhirnya membuat para penontonnya
berinterpretasi sendiri. Mengenai judul 3-Iron,
ternyata itu mengacu pada salah satu tongkat pemukul dalam permainan golf yang
jarang digunakan. Banyak adegan yang memorable
disini, yang paling legendaris tentu adegan ciuman di penghujung filmnya. Itu
adalah adegan ciuman paling indah yang pernah saya lihat. Bicara masalah
teknis, sinematografi di film ini super ciamik. Penataan gambar dengan
komposisi visual yang indah. Musik, tahu betul dimana harus menempatkan scoring di tempat-tampat yang pas,
sesekali juga diiringi alunan lagu Timur Tengah. Divisi akting, aspek ini
sepertinya tidak perlu dibahas panjang lebar lagi. Sedikit trivia, Kim Ki-duk
menulis naskah film ini hanya dalam 1 bulan, proses shooting hanya berlangsung
selama 16 hari, dan proses editing selesai dalam 10 hari. Film ini juga berjaya
di Venice Film Festival saat itu.
Secara
keseluruhan 3-Iron adalah sebuah film
drama-romance yang sangat bagus. Bagaimana bisa dengan naskah cerita yang
sederhana tanpa dialog, namun mampu hadir dengan presentasi yang luar biasa
hanya dengan memaksimalkan talenta kedua pemeran utamanya dan tentunya teknik
penyutradaraan yang cerdas dari Kim Ki-duk. Apalagi didukung oleh aspek teknis
yang apik. Ditambah lagi penuh dengan filosofi yang dalam, bagaimana
memperlihatkan jarak yang tipis antara kenyataan dan mimpi. Pencapaian
yang jelas hanya akan dilakukan oleh sutradara dengan visi luar biasa jenius.
9/10
No comments:
Post a Comment