This Manusia Unta’s Before Midnight review
may contain spoilers!
Setelah Before Sunrise (1995), Jesse (Ethan
Hawke) dan Celine (Julie Delpy) bertemu di kereta api menuju Vienna, tumbuh
rasa cinta diantara mereka di kota tersebut. Sembilan tahun kemudian di Before Sunset (2004), mereka bertemu
kembali di Paris dan telah menggapai cita-cita masing-masing, dengan pola
berpikir yang lebih dewasa. Dan sekarang juga setelah 9 tahun kemudian, di Before Midnight….
Before Midnight mengisahkan tentang
Jesse yang telah bercerai dari istri terdahulunya dan menghasilkan seorang putera;
Hank (Seamus Davey-Fitzpatrick). Kini dia hidup bersama Celine dan berlibur ke
Yunani bersama dengan dua puteri kembar lucu mereka; Ella (Jennifer Prior) dan
Nina (Charlotte Prior), karena Jesse yang seorang penulis buku diundang untuk
liburan musim panas. Seperti biasa, menghabiskan waktu bersama dengan melakukan
perbincangan dan sambil berjalan-jalan di Peloponnese, Yunani.
Ya, mungkin ini
adalah salah satu trilogi paling melelahkan untuk diikuti, butuh 18 tahun untuk
dapat melihat trilogi ini. Yang mana jarak antar filmnya adalah sembilan tahun.
Bagi yang sudah menonton dua film sebelumnya, pasti sudah hafal betul bagaimana
film ini bentuknya. Kita hanya akan lebih banyak melihat muka Jesse dan Celine
disini. Dengan premis yang cukup sederhana, bahkan cenderung monoton. Naskah
ceritanya ditulis oleh sang sutradara Richard Linklater bersama Ethan Hawke dan
Julie Delpy sendiri. Seperti dua pendahulunya membawa racikan formula yang sama,
kekuatan utama dari Before Midnight
adalah perbincangan antara dua sejoli tersebut, dengan level kualitas dialog
yang super cerdas.
Pada awalnya saling
‘jual beli’ percakapan ringan, obrolan ringan. Dan obrolan mereka itu memuncak
ketika di hotel, Jesse dan Celine berdebat mengenai pernikahan mereka,
perdebatan yang bisa dibilang begitu emosional. Dan kita sebagai penonton tidak
akan bisa memihak dan mengatakan siapa yang salah-siapa yang benar antara Jesse
dan Celine mengenai perdebatan itu. Ya, selama 18 tahun sebuah hubungan tentu
ada yang namanya hitam putih dan pahit manisnya cinta. Jika di Before Sunrise hubungan mereka masih
mengusung semangat kawula muda, perbincangan layaknya sepasang remaja yang
tengah kasmaran. Lalu di Before Sunset,
mulai beranjak dari level remaja menuju dewasa. Dan di Before Midnight lebih kompleks, mereka dihadapkan pada sebuah
realita cinta yang sebenarnya.
Faktor yang
membantu membuat setiap dialognya terlihat bagus adalah tentu saja dari kedua
pemain utamanya, Ethan Hawke dan Julie Delpy. Empat jempol untuk mereka berdua
– terkhusus untuk Delpy yang disini doi tampil ‘ekstrim’ – disini tampil dengan
kualitas chemistry yang jelas begitu
luar biasa. Semoga Oscar melirik mereka berdua. Delapan belas tahun berakting
bersama seakan-akan mereka benar-benar sebagai pasangan di realiti, tentu kita
berharap mereka benar-benar menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih di luar
film. Dari setiap adegan dan dialog yang mereka lontarkan terasa sangat natural
dan menyakinkan. Percakapan yang mengalir seperti lazimnya percakapan
sehari-hari. Dan semakin tampak believable
ketika film ini diisi banyak momen-momen yang di shot panjang.
Secara
keseluruhan Before Midnight adalah
sebuah film drama-romantis yang sangat bagus. Well, jika benar ini adalah seri penutup dari Before Trilogy, maka ini salah satu trilogi terbaik yang pernah
saya tonton. Karena sulit untuk menemukan trilogi yang tampil konsisten sama
bagusnya. Namun jika tidak, dan harus menunggu 9 tahun kedepan, maka dengan
senang hati saya akan menunggunya. Sekali lagi, Before Midnight adalah film romansa yang luar biasa, membawa
kembali pakemnya; dialog brilian, akting super ciamik dan long-take indahnya. Salah satu film romansa terbaik dekade ini! And definitely one of the best movie this
year!
kunjungan pertama....izin nyimak ya
ReplyDeletehttp://jagadkawula.blogspot.com/
Jiah, gak ngasih 10 atau 9,5 gitu? wkwk
ReplyDeleteAh 9 aja udah cukup gede bagi gw, udah bagus banget itu :)
Delete