It was thrilled by ‘Persepolis’, a brilliant
animated version of Marjane Satrapi’s spirited autobiographical novels, easily
one of the most successful comic-book-page-to-screen translations I’ve seen,
fluid and inventive – Entertainment Weekly.
Persepolis mengisahkan tentang Marjane,
anak perempuan yang harus menghabiskan masa kecilnya di masa-masa revolusi negara Iran yang tengah bergejolak hingga
menjadi negara Islam. Perubahan sistem negara ini pun bukannya menjadi lebih
baik, malah kebebasan mereka semakin sempit. Apalagi diperparah dengan serangan
dari negara lain. Yang membuat Marjene harus dikirim ke Vienna, Austria untuk
melanjutkan sekolahnya karena keadaan negaranya yang sudah tidak aman lagi.
Film animasi ini
diadaptasi dari novel grafis karya Marjane Satrapi, yang juga sekaligus menjadi
sutradaranya bersama Vincent Paronnaud. Persepolis
hadir dengan gaya animasi yang bisa dibilang unik dan artistik yakni kira-kira
95% dibalut hitam putih, apalagi pada saat itu yang dunia animasi sedang
digempur hebat oleh Pixar dan Dreamworks bahkan Disney, keputusan Marjane dan
kawan-kawan bisa dibilang cukup berani. Namun justru gaya animasinya itu
menjadi keunggulan tersendiri dari film ini. Tidak hanya dari gaya animasi yang
terbilang berani, tapi juga dari ceritanya. Ceritanya yang ternyata adalah
autobiografi dari sang penulis sendiri. Mengangkat cerita bernuansa politis
yakni pada masa pergolakan politik negara Iran yang memanas karena penentangan
terhadap rezim Syah Iran waktu itu hingga perang Iraq-Iran.
Selain itu, Persepolis juga mengangkat banyak isu
seperti westernisasi. Persepolis juga
bisa dibilang sebagai sebuah film bertema coming-of-age.
Bagaimana kita melihat sosok Marjane dari seorang gadis kecil hingga dewasa
berpindah tempat antara Teheran dan Vienna ditengah-tengah kondisi negaranya
yang rumit. Juga jika kita lihat cerita dan gaya animasinya, mungkin Persepolis tampak begitu membosankan.
Tidak, untungnya animasi ini disajikan dengan alur penceritaan yang santai dan
asyik. Beberapa kali diselipi momen komedi yang cukup nendang, ditambah dengan scoring music-nya yang setia mengawal
cerita. Apalagi didukung oleh para pengisi suara yang begitu menghidupkan
karakter. Dan film ini juga dilarang penayangannya di Iran, mungkin karena ceritanya
dan juga ada penggambaran tuhan kali ya.
Secara
keseluruhan Persepolis adalah sebuah
animasi coming-of-age yang unik dan
berani dibalik ceritanya yang bernada politis dengan balutan layar hitam
putihnya yang menawan. Alhasil Persepolis
meraih banyak penghargaan seperti Jury Prize di Cannes Film Festival 2007 dan
masuk nominasi animasi terbaik di Oscar – walau akhirnya dikalahkan Ratatouille, serta menjadi perwakilan
Perancis untuk best foreign language film,
namun sayang tidak masuk nominasi.
8/10
Menurut saya sih terlalu setia sama komiknya, saya jadi bosan deh nontonnya, haha
ReplyDeleteIya sih, kalo orang yang gak terbiasa pasti bosan, hahaha..
Deletetapi menurut saya, film ini unik, dan banyak orang belum tau film seperti ini, cerita dan visualnya sangat membangun walau terkadang virus bosan menghampiri di setiap alur crita.
ReplyDelete