Peristiwa
G30S/PKI adalah salah satu peristiwa kelam yang pernah terjadi dalam sejarah
Indonesia. Sampai-sampai film Pengkhianatan
G30S/PKI karya Arifin C. Noer pada masa orde baru dijadikan sebagai film
yang wajib diputar setiap tahunnya pada tanggal 30 September di stasiun
televisi Indonesia. Dan sekarang sutradara bernama Joshua Oppenheimer mencoba
menghadirkan kembali seperti apa dibalik peristiwa pahit tersebut lewat The Act of Killing.
The Act of Killing atau yang mempunyai
judul Indonesia, Jagal, sebuah film
dokumenter yang mengisahkan tentang Anwar Congo dan kawan-kawan, mereka yang
dulunya tahun 1965 di Medan adalah tukang karcis bioskop sekaligus preman –
dalam film ini mereka sering menyebutnya free
man – yang membantai orang-orang yang diyakini PKI. Mereka menceritakan
bagaimana dulu mereka membantai, membunuh, menyiksa korban-korban mereka,
hingga sampai melakukan reka ulang kejadiannya. Bagaimana cara dan metode
membunuh mereka disampaikan dengan rasa bangga oleh Anwar dkk, seakan seperti seorang
superhero.
Secara
terang-terangan dan dengan rasa gembira serta bangga mereka memperlihatkan
bagaimana dulu mereka menghabisi orang. Bahkan mereka mengatakan ketika
melakukan perbuatan tersebut sambil menari dan menyanyi. Dan mereka mengatakan
bahwa cara yang mereka lakukan tersebut terinspirasi dari film-film gangster Hollywood.
Lengkap dengan replika alat-alat yang mereka pakai dulu untuk membunuh mangsa
tanpa ampun seperti, pisau, tali kawat dan kayu. Ya, ini sadis, ini kejam. The Act of Killing memang tidak ada
adegan berdarah-darah yang kelewat batas. Tapi dengan hanya mendengar cerita
dan melihat reka ulang mereka, sudah cukup untuk bisa membayangkan seberapa
sadis dan kejamnya mereka dulu.
Beberapa kali
juga rekonstruksi kejadiannya terasa begitu surreal. Dan pertanyaan terbesar
yang terbesit di pikiran saya adalah: bagaimana bisa para pembunuh-pembunuh ini
hidup bebas tidak terkena hukum? The Act
of Killing juga tidak hanya mengenai peristiwa tersebut. Disini juga
dihadirkan seperti satir sosial bagaimana para petinggi-petinggi yang terlibat
suap dan berbicara vulgar. Disini juga sosok Anwar Congo yang dulunya tergambar
sebagai seorang yang kejam, namun sekarang jauh dilubuk hatinya yang paling
dalam ada perasaan penyesalan, bersalah,
dan takut atas apa yang dia perbuat dulu. Bahkan dia saja tidak tega melihat
anak itik yang kakinya patah. Dia juga mengatakan, dia sering bermimpi buruk
atas orang yang dulu pernah ia bunuh.
Secara
keseluruhan The Act of Killing a.k.a.
Jagal adalah sebuah film dokumenter sangat
bagus. Joshua Oppenheimer sang sutradara mencoba mengungkapkan kebenaran
sejarah Indonesia yang selama ini ditutup-tutupi, mencoba membuka mata dan hati
para penontonnya bahwa inilah yang terjadi sebenarnya. Saya tidak peduli
seberapa akurat film ini, tidak peduli siapa yang lebih kejam. Namun jelas, The Act of Killing adalah sajian
dokumenter yang mengerikan, indah, dan emosional. Dan ini adalah film yang saya
rasa harus ditonton orang Indonesia setidaknya satu kali.
9/10
Masa saya download langsung di webnya gak bisa-_-
ReplyDeleteSaya download di web lokal aja :)
DeleteSulit, gagal unduh Jagal dari www.actofkilling.com ? Hubungi anonymous@final-cut.dk, dapatkan DVD gratis untuk nobar.
ReplyDeleteBuat yang fesbukan, bisa juga menghubungi publisis film Jagal lewat inbox www.facebook.com/filmjagal
ReplyDeleteBuat yang mau beli DVD-nya bisa lewat Komunitas Film di: http://komunitasfilm.org/dvd-film-the-act-of-killing-jagal/