A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence
mengisahkan tentang Sam (Nils Westblom) dan Jonathan (Holger
Andersson) sales penjual mainan yang menjajakkan ke sana kemari berupa; gigi vampir, topeng paman gigi satu,
dan kantong ketawa. Tujuan mereka menjual mainan tersebut adalah agar bisa menghibur
para pembelinya.
Film yang
menjadi perwakilan Swedia pada ajang Oscar ini ditautkan sebagai film ketiga
dari living trilogynya sutradara asal Swedia Roy Andersson setelah Songs from the Second Floor (2000) dan You, the Living (2007). A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence
begitu abstrak dan absurd. Dijalankan dengan tempo yang begitu lambat perlahan,
akan jadi tontonan obat tidur yang sangat jitu bagi sebagian orang. Pun juga
dari segi penceritaan, film yang meraih Golden Lion – setara kayak best film – di
Venice International Film Festival ini bertutur begitu surreal, dipenuhi dengan
makna dan filosofis kehidupan yang tersirat. Sindiran kehidupan keseharian sosial
sekarang ini. Ada pesan yang tersampaikan kepada saya, tapi ada juga yang tidak
kebanyakannya, saya butuh perenungan yang dalam lagi rupanya agar bisa
menangkapnya.
Seperti
judulnya, namun dengan subjek manusia, film ini berisi tentang kontemplasi
kehidupan manusia dan bagaimana menjadi manusia seutuhnya. A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence
diisi dengan unsur komedi situasi dalam durasi 101 menitnya, bukan dari humor
slapstick atau lainnya loh, yang memang tidak akan pernah membuat anda tertawa
terbahak-bahak. Never. Contoh ketika pekerjaan Sam dan Jonathan yang menjual
mainan bertujuan agar membuat orang lain bahagia namun di sisi lain justru mereka
sendiri tidak bahagia. Muka pucat, kikuk, murung, canggung dll, itulah yang
terlihat dari diri mereka berdua, sangat jauh dari kata bahagia. Hal itu justru
membuat saya nyegir ketawa, walau secara gamblang sebenarnya itu tidak lucu.
Secara teknis A Pigeon Sat on a Branch
Reflecting on Existence hadir dengan production design yang bagus menurut
saya, pun juga banyak adegan yang one long take. 3.5/5
No comments:
Post a Comment