FISFiC (Fantastic Indonesian
Short Film Festival) adalah sebuah kompetisi film pendek yang berkutat pada genre fantastic
(horror, thriller, sci-fi, fantasy). Kompetisi ini diprakarsai oleh sineas
berbakat Indonesia; Sheila Timothy, Joko Anwar, Gareth H. Evans, The Mo
Brothers – Timo Tjahyanto & Kimo Stamboel, Rusly Edi dan Ekky Imanjaya.
Tujuan dari proyek ini tentu untuk memajukan dunia perfilman Indonesia terutama
untuk genre fantastic.
Dari sekitar 400 peserta,
terpilih 25 kelompok untuk mengikuti workshop selama 2 hari. Lalu akhirnya terpilihlah
6 kelompok finalis, yang mana film pendek mereka akan di produseri LifeLike
Pictures dan akan diputar di INAFFF 2011 (Indonesia International Fantastic Film
Festival) serta dirilis dalam bentuk DVD oleh Jive Collection. Keenam film
pendek itu adalah Mealtime, Rengasdengklok, Reckoning, Rumah Babi, Effect dan Taksi.
Mealtime mengisahkan tentang beberapa sipir dan narapidana di
sebuah rumah tahanan terpencil yang berusaha mempertahankan hidup mereka, setelah
diserang dan dibunuh satu persatu oleh makhluk misterius pemakan isi kepala
manusia. Film pendek yang disutradarai Ian Salim ini seperti terkesan
terburu-buru. Itu mungkin dikarenakan durasi yang singkat, kurangnya waktu
untuk memaparkan mengapa itu terjadi? Akting yang cukup meyakinkan juga diperlihatkan setiap karakternya, terlebih lagi Abimana Arya, membawa penonton
turut ikut serta merasakan misterinya plus ditemani scoring yang bagus. Sebagai
film pembuka, saya rasa Mealtime
lumayanlah sebagai pemanasan untuk film selanjutnya. Dan satu lagi, ketika anda
teliti menyadari nama ketiga karakter utamanya, mungkin anda akan tertawa.
Rengasdengklok yang bersetting tahun 1945 berkisah tentang
peristiwa Rengasdengklok, yaitu usaha penyelamatan presiden Soekarno oleh
pasukan Indonesia, ditengah perjalan mereka diserang oleh pasukan Jepang yang
telah menjadi zombie. Zombie? Ya suatu yang perlu di apresiasi untuk perfilman lokal.
Dibuka dengan animasi yang bagus. Ide cerita yang unik dan brilian, namun
sayang dieksekusi dengan buruk. Yang paling kelihatan adalah dari jajaran cast-nya, akting yang buruk seperti
bersikeras sedang mengafal dialog serta terlihat kaku dan canggung. Ya, saya tahu
mereka bukanlah orang professional, itu bisa saya maklumi. Film yang di
sutradarai Dion Widhi Putra dan ditulis oleh Yonathan Lim ini memang harus saya
acungi jempol, karena akhirnya ada juga film Indonesia bertema zombie. Melihat
presiden Soekarno menembaki zombie dengan dua pistol ditangannya, sesuatu yang
sangat mengasyikkan. Tapi tetap, Rengasdengklok
adalah yang terlemah di FISFiC 6 Vol. 1.
Reckoning yang disutradarai Zavera G. Idris ini bercerita tentang
sepasang suami istri yang didatangi beberapa orang berjubah hitam yang
sepertinya akan mengancam keselamatan mereka. Film pendek ini dibalut dalam nuansa hitam putih. Reckoning penuh dengan dialog-dialog
bertele-tele yang disampaikan tokoh antagonisnya yang sama sekali tidak terlihat
seperti sebuah ancaman yang berarti. Jujur, saya sempat merasa bosan menontonnya.
Dan yang paling mengganggu saya adalah di beberapa bagian yang menggunaankan
bahasa Inggris, akan lebih baik seandainya jika diberi subtitle Indonesia. Tapi terlepas
dari kritikan diatas, Reckoning
mempunyai nilai plus juga. Akting yang diperlihatkan Emil Kusumo dan Nicole Jiawen Lee sebagai suami istri benar-benar bagus dan total. Departemen akting terbaik untuk saat ini, jika
dibandingkan dengan dua film sebelumnya.
Rumah Babi bercerita tentang Darto, seorang pembuat film dokumenter yang baru saja berhasil merekam kejadian kekerasan dan pemerkosaan di sebuah rumah China yang dikenal sebagai peternak babi di kampung. Ketika Darto kembali ke
rumah babi untuk melakukan interview, dia menemukan kenyataan yang tidak pernah dia duga, menyeretnya
masuk ke dalam teror yang mengancam hidupnya sendiri. Film pendek yang
disutradarai Alim Sudio ini benar-benar memanfaatkan setting rumah etnis
Tionghoa dengan segala pernak-perniknya yang kental mampu menambah esensi
seramnya plus segala macam kepercayaan agamisnya. Formula horror yang disuguhkan memang
sudah basi, tapi malah terlihat sangat menyeramkan di Rumah
Babi. Jika berbicara tentang intensitas keseramannya, Rumah Babi adalah yang terseram di film ini!
Effect bercerita tentang Eva seorang karyawati yang menginginkan
bosnya mati, karena si bos selalu memandang sinis terhadapnya. Akhirnya pada
suatu hari dia menemukan sebuah website effect.org lalu web tersebut menanyakan siapa orang
yang dia inginkan mati. Eva pun menulis nama bosnya. Effect mempunyai ide cerita yang menarik. Saya suka sekali
bagaimana Adriano Rudiman menggambarkan proses kematian sang bos dengan cara
yang tidak biasa seperti sudah dipikirkan matang-matang. Sayangnya, sang
sutradara terlalu berlama-lama membuat rentetan kejadian kematiannya, imbasnya
ketegangan yang sudah terbangun dengan baik dari awal pun menjadi berkurang. Effect tidaklah seburuk itu, tetap film yang cukup bagus tapi dengan
cerita yang menarik sekaligus ambisius itu jika dibuat lebih maksimal lagi
mungkin akan memberikan efek lebih ke penontonnya.
Taksi bercerita tentang seorang wanita muda bernama Fina
dalam perjalanannya pulang pada suatu malam. Lalu dia menaiki taksi, dalam perjalanan
pulang tersebut Fina bertemu dengan dua orang pemabuk yang juga ikut duduk
bersamanya. Dan ternyata malam itu adalah malam terakhir bagi dua pemabuk itu. Last but not least. Seperti kebanyakan
film omnibus yang selalu menyimpan film terbaiknya diakhir. Durasi Taksi memang paling pendek dari yang
lain yaitu hanya 16 menit, tapi Taksi adalah yang paling bagus dalam kualitas tata
produksinya. Akting kesemua karakternya sangat bagus, terlebih lagi Shareefa Daanish
memerankan Fina benar-benar bermain sangat total. Setting ruang sempit ditambah
suasana malam hari kota urban yang menambah sensasi ketegangannya. Ditambah
lagi unsur teknisnya seperti scoring dan sinematografi yang bagus. Taksi yang disutradarai duet sutradara
Arianjie AZ dan Nadia Yuliana ini adalah contoh film pendek dengan premis yang
minimalis tapi dieksekusi dengan maksimal. Ini yang terbaik di FISFiC 6 Vol. 1.
Overall
No comments:
Post a Comment