Novel karangan pengarang asal
Kanada Yann Martel berlabel best seller, Life
of Pi. Sejak saat itu mulai timbul anggapan skeptis bahwa mustahil
menjadikan novel tersebut ke sebuah film. Sampai tercatat beberapa nama
sutradara digadang-gadang menyutradarainya, hingga akhrnya kursi sutradara itu
pun diambil Ang Lee, imajinasi terliarnya itupun direalisasikan dalam sebuah
film adaptasi novel, Life of Pi.
Life of Pi bercerita tentang seorang bocah India bernama Piscine
Molitor Patel (Suraj Sharma). Orangtuanya adalah pemilik kebun binatang, lalu
pada suatu hari karena kebutuhan ekonomi mereka pindah ke Kanada sambil membawa
binatang-binatang yang mereka punyai untuk dijual disana. Namun tragis, saat
perjalanan menuju tempat tujuan kapal yang mereka tumpangi terhantam badai
sehingga akhirnya hanya menyisakan Pi serta seekor zebra, hyena, orangutan dan
harimau bernama Richard Parker. Dan, perjalanan diatas laut yang berbahaya pun
dimulai.
Alur cerita Life of Pi sukup sederhana, malah cenderung mudah ditebak akhirnya.
Karena kita pasti tahu apakah Pi akan selamat atau tidak, tidak masalah jika
kita sudah mengetahui endingnya, tapi proses bagaimana Pi bertahan hidup itulah
yang menarik untuk disimak. Dan justru ceritanya itulah yang menjadi senjata
utama di film ini selain visualnya. Alurnya memang cukup lambat dan mungkin
akan membosankan bagi beberapa orang, untungnya saya tidak. Ceritanya yang
ditunjang dengan aspek lainnya yang juga sama bagusnya. Akting si pemeran
utamanya yang bagus meski masih baru dalam dunia perfilman. Spesial efek visual
yang megah ditambah dengan sinematografi dan tata suara yang semuanya sukses
menambah kenikmatan menontonnya.
Life of Pi sarat dengan visualisasinya yang sangat-sangat memukau,
seperti pemandangan alam yang eksotis, hewan-hewannya yang realistis ditambah
animasi CGI. Semua itu sukses dibungkus dengan efek 3D yang memanjakan mata.
Yakinlah, 3D di film ini benar-benar sangat bagus. Tahu dengan Avatar-nya James Cameron yang katanya
efek 3D-nya menakjubkan itu, percayalah itu tidak apa-apanya dengan Life of Pi. Bukan maksud untuk
melebih-lebihkan, ya memang efek 3D di Life
of Pi benar-benar bagus. Rupanya sutradarai Ang Lee memanfaatkan teknologi
tersebut dengan sangat baik, dibuat untuk membuat penonton ikut merasakan apa
yang dirasakan si pemeran utamanya, tidak hanya sekedar embel-embel semata
mengikuti tren ataupun perkembangan zaman.
Ang Lee benar-benar menampar
keras sikap pesimis publik yang pada awalnya mengatakan akan sangat sulit
mengadaptasi novel karya Yann Martel ini ke sebuah film. Mungkin segala
kelemahan di Life of Pi, anda tidak akan
terlalu mementingkannya dan cepat terlupakan karena akan terbayar lunas dengan
kualitas tata produksinya yang bagus. Bahkan saat saya pertama kali melihat
trailernya saya sudah yakin akan menyukai film ini, hingga setelah menonton
film ini semakin membuat saya yakin akan memasukkannya ke salah satu film
terbaik saya tahun ini. Ya, sebuah film tentang perjalanan spiritual yang
menyentuh membuat kita lebih mengerti lagi apa arti dari sebuah kehidupan
dipadu dengan visualisasi yang indah dan dibungkus dengan efek 3D yang
spektakuler. Fantastis!
9/10
9/10
No comments:
Post a Comment