“They’re
not your whales. They own them!”
Blackfish memfokuskan ceritanya pada
seekor ikan paus atau killer whale
atau orca bernama Tilikium. Tilikium adalah salah satu orca yang menjadi artis
petunjukan dia SeaWorld. Yang mana suatu hari muncul kabar bahwa Tilikium telah
menyebabkan kematian yang merenggut nyawa dari pelatihnya sendiri bernama Dawn
Brancheau. Insiden ini pun memunculkan dua argumen berbeda mengenai penyebab
dari peristiwa tersebut. Yang manakah yang benar diantara dua argumen itu?
Disutradarai
oleh Gabriela Cowperthwaite dengan naskahnya ditulis bertiga bersamanya Eli
Depres dan Tim Zimmermann. Blackfish
adalah sebuah film dokumenter yang menitikkan pada persoalan abu-abu killer whale atau orca. Bagaimana dokumenter ini membongkar rahasia-rahasia
yang selama ini ditutupi dibalik praktik pertunjukan manisnya. Bagaimana
dimulai dari proses penangkapannya di laut lepas ribuan kilometer sana yang
keji sampai pada proses training
untuk dilatih beberapa trik-trik gerakan agar bisa menghibur para penontonnya.
Bahkan kerap kali orca diperlakukan dengan keras hingga tidak diberi makan
sebagai sebuah bentuk hukuman karena mereka yang memberi performa buruk.
Dibalik kelihatan luarnya yang memang bersahabat dan lucu, orca ternyata bisa
merenggut nyawa manusia. Orca diketahui adalah hewan bersahabat dan sensitif,
dia dapat sewaktu-waktu merasa bosan, frustasi, sedih hingga marah. Sejumlah
kasus menyebutkan bahwa orca-orca ini menyerang manusia karena mereka yang
berubah buas. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa kasus ini terjadi murni
karena kecelakaan si trainernya saja, bukanlah salah orca.
Lantas ini menimbulkan
satu pertanyaan menarik; siapa yang salah sebenarnya? Siapa penjahat
sebenarnya? Jika anda menjawab orca, maka ini memunculkan satu pertanyaan
menarik lagi. Kenapa para orca-orca bisa sampai berbuat jahat. Jawabannya
adalah karena kita mengganggu hidup mereka, mengganggu habitat mereka, membuat
mereka terpisah dengan keluarga mereka. Sehingga para orca-orca itu memiliki
masa-masa kelam dan frustasi yang nantinya itu bisa saja meledak karena telah lama memendam
perasaan kelam itu, yang akhirnya berakibat dengan penyerangan. Dan ini tentu
tidak hanya berlaku pada orca saja, namun juga hewan-hewan lain seperti
lumba-lumba dan singa laut (even
topeng monyet sekalipun). Penceritaan Blackfish
pun semakin akhir merembet ke daerah hukum. Semua itu terangkum dengan efektif
namun begitu detail lewat rekaman-rekaman serta interview dari narasumber ahli. Sebagai sebuah dokumenter, Blackfish bagus. Saya seperti turut ikut
terlibat. Saya ikut berargumen siapa yang salah, siapa yang benar. Berhasil
menjaga intensitas cerita stabil sampai akhir. Emosi penonton yang terjaga
rapi. Pengumpulan data-data yang lengkap. Ditambah lagi dengan hiasan aspek
teknisnya seperti di beberapa bagian yang reka ulang kejadian disajikan dengan
animasi sederhana. Atau editing
tatanan Eli Despires yang halus. Serta diisi scoring music arahan Jeff Bell yang menyayat hati dengan setia
mengontrol emosi penontonnya. Oh iya, ada satu trivia menarik seputar Blackfish; John Lasseter dan Andrew
Stanton dari Pixar memutuskan mengganti ending cerita dari Finding Dory yang rilis 2016 nanti setelah menonton film Blackfish.
Secara
keseluruhan Blackfish adalah sebuah
film dokumenter yang bagus. Bagaimana sang sutradara Gabriela Cowperthwaite
mengusung sebuah misi tersendiri lewat cerita tentang hitam putih hewan orca
yang akhirnya banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan menarik. Baik atau
jahat? Siapa yang salah? Bagimana menguak fakta-fakta yang selama ini ditutupi tersaji lengkap baik itu
dari footage atau interview, tidak pernah kehilangan daya tariknya dalam durasi
83 menitnya.
8/10
No comments:
Post a Comment