Pages

January 21, 2014

Her (2013)

Karena hubungan cinta antara manusia dan manusai sudah terlalu mainstream. Maka Spike Jonze mencoba menghadirkan kisah cinta berbeda antara manusia dan sistem operasi komputer lewat film terbarunya Her.

Her mengisahkan tentang Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) seorang pria kesepian yang bekerja sebagai penulis surat. Suatu hari dia membeli sebuah operating system yang intelegensi artifisial yang memang dirancang agar dapat berinteraksi dengan manusia. Theodore pun mendapatkan sebuah OS seorang wanita bernama Samantha (Scarlett Johansson). Dia tidak lagi kesepian, hari-harinya ditemani oleh suara Samantha, dan mulai tumbuh perasaan diantara mereka sampai akhirnya menjalin sebuah hubungan cinta yang unik.

Disutradarai oleh Spike Jonze (Being John Malkovich, Adaptation, Where the Wild Things Are) dan tidak seperti di film-filmnya sebelumnya, yang mana filmnya selalu dibantu oleh penulis cerdas Charlie Kaufman dalam hal screenplay. Kali ini dia menulisnya sendiri, dan jika melihat hasil akhir dari Her, sepertinya dia telah belajar banyak dari sesepuhnya itu. Satu kata yang pantas disematkan kepada Her adalah brilian. Di film keempatnya ini, Spike Jonze menghadirkan kisah cinta yang berpadu dengan unsur science-fiction. Bagaimana hubungan romansa yang awkward antara seorang manusia dan operating system. Ini tidak hanya brilian, namun juga unik. Sedari awal Her memang sudah memperlihatkan tajinya bahwa film ini akan menjadi film romance yang superb dan loveable. Punya banyak momen dan dialog yang manis dan romantis. Ini adalah suatu contoh film romansa yang bagus tanpa harus menghadirkan deretan adegan erotis. Dengan hanya bermodalkan fondasi cerita yang kokoh dan dialog yang kuat, maka Her dengan mudahnya menjelma menjadi sebuah romansa yang begitu membuai.

Dan disaat penontonnya sudah mulai terbuai dan jatuh cinta terhadap Her. Spike Jonze memberikan sedikit bumbu masalah yang cukup kompleks. Itu bagus, dan ketika disaat penyelesaiannya untung Her tidak jatuh kedalam film romansa konvensional. Dibalik kisah romansa berbau fiksi ilmiahnya itu terselip sebuah sindirian sosialnya tentang teknologi. Her mempunyai setting di masa depan, dengan interior dan eksterior bangunannya yang memang menggambarkan sekali sebuah kota yang futuristik. Hingga perangkat elektroniknya pun tergambar dengan bagus kesan masa depannya. Semua itu berhasil tampak meyakinkan dan masih masuk akal, tanpa harus terlihat berlebihan. Setting-nya punya tone-tone warna yang menarik. Itu berpadu dengan serasi lewat sinematografi cantik arahan Hoyte van Hoytema. Ditambah lagi dengan scoring music dan soundtracks menghanyutkan dari Arcade Fire. Divisi akting, Joaquin Phoenix sukses memberikan penampilan yang sangat baik sebagai seorang pria yang kesepian dan anti sosial. Scarlett Johansson, juga tampil sangat baik walau hanya bersuara saja tanpa ada kelihatan fisiknya. Chemistry keduanya benar-benar terikat dan begitu kuat terjalin. Belum lagi kehadiran Amy Adams, Rooney Mara dan Olivia Wilde yang turut menambah manisnya layar.

Secara keseluruhan Her adalah sebuah romantic-comedy dengan balutan science-fiction yang sangat bagus. Bagaimana penyutradaraan dan naskah cerita yang ditulis oleh Spike Jonze dengan ide ceritanya yang brilian mengenai dua sejoli yang jatuh cinta lewat dua dimensi yang berbeda antara manusia dan sistem operasi computer. Benar-benar kisah cinta yang manis, indah dan begitu membuai dalam durasi 125 menitnya. I love her.

9/10


No comments:

Post a Comment