Karena hubungan
cinta antara manusia dan manusai sudah terlalu mainstream. Maka Spike Jonze mencoba menghadirkan kisah cinta
berbeda antara manusia dan sistem operasi komputer lewat film terbarunya Her.
Her mengisahkan tentang Theodore Twombly
(Joaquin Phoenix) seorang pria kesepian yang bekerja sebagai penulis surat.
Suatu hari dia membeli sebuah operating system
yang intelegensi artifisial yang memang dirancang agar dapat berinteraksi
dengan manusia. Theodore pun mendapatkan sebuah OS seorang wanita bernama Samantha
(Scarlett Johansson). Dia tidak lagi kesepian, hari-harinya ditemani oleh suara
Samantha, dan mulai tumbuh perasaan diantara mereka sampai akhirnya menjalin
sebuah hubungan cinta yang unik.
Disutradarai
oleh Spike Jonze (Being John Malkovich,
Adaptation, Where the Wild Things Are) dan tidak seperti di film-filmnya
sebelumnya, yang mana filmnya selalu dibantu oleh penulis cerdas Charlie
Kaufman dalam hal screenplay. Kali
ini dia menulisnya sendiri, dan jika melihat hasil akhir dari Her, sepertinya dia telah belajar banyak
dari sesepuhnya itu. Satu kata yang pantas disematkan kepada Her adalah brilian. Di film keempatnya
ini, Spike Jonze menghadirkan kisah cinta yang berpadu dengan unsur science-fiction. Bagaimana hubungan
romansa yang awkward antara seorang
manusia dan operating system. Ini tidak hanya brilian, namun juga unik. Sedari
awal Her memang sudah memperlihatkan
tajinya bahwa film ini akan menjadi film romance
yang superb dan loveable. Punya banyak momen dan dialog yang manis dan romantis.
Ini adalah suatu contoh film romansa yang bagus tanpa harus menghadirkan
deretan adegan erotis. Dengan hanya bermodalkan fondasi cerita yang kokoh dan
dialog yang kuat, maka Her dengan
mudahnya menjelma menjadi sebuah romansa yang begitu membuai.
Dan disaat
penontonnya sudah mulai terbuai dan jatuh cinta terhadap Her. Spike Jonze memberikan sedikit bumbu masalah yang cukup
kompleks. Itu bagus, dan ketika disaat penyelesaiannya untung Her tidak jatuh kedalam film romansa
konvensional. Dibalik kisah romansa berbau fiksi ilmiahnya itu terselip sebuah
sindirian sosialnya tentang teknologi. Her
mempunyai setting di masa depan,
dengan interior dan eksterior bangunannya yang memang menggambarkan sekali
sebuah kota yang futuristik. Hingga perangkat elektroniknya pun tergambar
dengan bagus kesan masa depannya. Semua itu berhasil tampak meyakinkan dan
masih masuk akal, tanpa harus terlihat berlebihan. Setting-nya punya tone-tone warna
yang menarik. Itu berpadu dengan serasi lewat sinematografi cantik arahan Hoyte
van Hoytema. Ditambah lagi dengan scoring
music dan soundtracks
menghanyutkan dari Arcade Fire. Divisi akting, Joaquin Phoenix sukses memberikan
penampilan yang sangat baik sebagai seorang pria yang kesepian dan anti sosial.
Scarlett Johansson, juga tampil sangat baik walau hanya bersuara saja tanpa ada
kelihatan fisiknya. Chemistry
keduanya benar-benar terikat dan begitu kuat terjalin. Belum lagi kehadiran Amy
Adams, Rooney Mara dan Olivia Wilde yang turut menambah manisnya layar.
Secara keseluruhan
Her adalah sebuah romantic-comedy
dengan balutan science-fiction yang
sangat bagus. Bagaimana penyutradaraan dan naskah cerita yang ditulis oleh
Spike Jonze dengan ide ceritanya yang brilian mengenai dua sejoli yang jatuh
cinta lewat dua dimensi yang berbeda antara manusia dan sistem operasi computer.
Benar-benar kisah cinta yang manis, indah dan begitu membuai dalam durasi 125 menitnya.
I love her.
9/10
No comments:
Post a Comment