“Anxiety,
nightmares and a nervous breakdown, there’s only so many traumas a person can
withstand until they take to the streets and start screaming.” –
Jasmine
Blue Jasmine mengisahkan tentang
Jeanette “Jasmine” Francis (Cate Blanchett) seorang wanita yang telah ditinggal
suaminya yang kaya raya karena suatu kasus, Hal (Alec Baldwin). Meninggalkan
Jasmine dengan tanpa rumah dan uang. Jasmine pun tinggal sementara dengan
saudarinya, Ginger (Sally Hawkins). Mulai saat itulah Jasmine mencoba untuk move on dari keterpurukan masa lalunya
yang kelam itu. Dia mencoba untuk mencari pekerjaan dan pasangan hidup baru.
Film ini
disutradarai oleh seorang sutradara yang begitu produktif yang mana hampir
setiap setiap tahun selalu menelurkan film, namun karya-karyanya naik turun
secara kualitas, ya Woody Allen. Di Blue
Jasmine juga sekaligus bertindak menulis screenplay-nya. Tidak ada sesuatu yang baru dari film teranyar
Allen ini, masih mengusung beberapa pakemnya seperti di filmnya sebelumnya. Tapi
Allen berhasil mengelola materi yang sederhana itu dengan baik. Memfokuskan
ceritanya terhadap karakter Jasmine melalui studi karakter darinya yang tengah move on dari kerapuhan. Mengusung cerita
yang sederhana namun efektif menghasilkan masalah-masalah kecil kompleks. Punya
warna cerita yang ceria namun juga depresif disaat bersamaan. Alur ceritanya bergerak
maju mundur, dengan beberapa flashback
yang berpadu serasi silih berganti dengan kejadian masa kininya. Bagian-bagain
dramanya yang dibumbui komedi dengan pas, tanpa harus terlihat tumpang tindih
dan jatuh terlalu jauh ke zona komedi. Punya dereten dialog-dialog cerdas yang kuat,
mulai dari perdebatan hinggan selipan komedinya.
Dibalik tone ceritanya yang ceria namun
sebenarnya gelap itu juga tersimpan sebuah satir sosial tentang kehidupan
sosialita. Nyawa dari film ini adalah terletak pada kekuatan karakterisasi si
pemeran utamanya. Cate Blanchett memerankan tokoh Jasmine dengan sangat baik.
Memerankan sosok membaginya di dua masa. Ketika melakukan kilas balik yakni di
masa lalu, karakter Jasmine adalah sosok wanita yang kaya raya dan bersahaja.
Namun dimasa sekarang sosok Jasmine kebalikannya; miskin, rapuh, dan depresif.
Ada momen-momen dramatis yang dimanfaatkan dengan baik oleh Cate Blanchett
mengeluarkan seluruh performa terbaiknya. Memang bukan berlebihan jika kritikus
luar sana mengatakan bahwa Cate di gadang-gadang akan meraih piala keduanya,
dia sebagai yang terkuat di Oscar nanti pada kategori Best Actress. Tampil menyeimbangkan penampilan Cate beberapa supporting macam Sally Hawkins – juga
dinominasikan di Best Supporting Actress
– Alec Baldwin, Bobby Cannavale, Peter Sarsgaard dan Louis C. K.. Bicara aspek
teknis, mulai dari editing tatanan Alisa Lepselter yang dengan baik menyambung
benang merah gambar-gambarnya antara masa lalu dan masa kini tanpa harus
terlihat membingungkan. Dan musik-musik jazz yang setia mengiringi satu
setengah jam lebih durasinya.
Secara
keseluruhan Blue Jasmine adalah film
drama yang memuaskan. Bagaimana Woodly Allen sekali lagi memberikan sebuah
cerita yang sederhana namun berhasil dikembangkannya dengan maksimal membentuk
masalah-masalah kecil namun menarik. Sajian drama yang berpadu dengan komedi
khasnya tanpa harus kehilangan esensi drama itu sendiri. Dan bagaimana
karakterisasi kuat dan akting fantastis
dari Cate Blanchett memerankan sosok Jasmine yang multi karakter dengan
sangat baik. Semua itu tersaji dalam 89 menit durasinya.
8/10
No comments:
Post a Comment