Cukup telat
memang setelah 2014 sudah berlalu satu bulan saya baru meluncurkan list Best Movies of 2013 saya. Sebenarnya
deadline post ini tanggal 26 kemarin, tapi karena masih ada beberapa film yang
saya kejar akhirnya molor sampai tanggal 30. Setelah bulan Januari ini saya
kebut mengejar film-film yang berpotensi saya sukai. Tahun 2013 memang banyak
film-film yang berkualitas, sehingga untuk menyusunnya menjadi 20 besar saja cukup
sulit karena saya terpaksa harus menyingkirkan film bagus lain ke honorable mention. Lists dibawah ini pun tidak bisa dibilang the best sepenuhnya, karena ini adalah subjektif saya dan masih
banyak juga film-film bagus yang belum saya tonton. Dan perlu diketahui, lists dibawah ini juga dapat berubah
sewaktu-waktu jika ada penontonan ulang dan film-film lain yang baru saya
tonton. So, without further ado, berikut film terbaik tahun
2013 versi Manusia Unta.
January 31, 2014
Moebius (2013)
Moebius mengisahkan tentang satu
keluarga yang berisi ayah (Cho Jae-hyun), ibu (Lee Eun-woo) dan anak (Seo
Young-joo). Suatu hari ketika sang ayah sedang bertelepon dengan selingkuhannya
(juga diperankan Lee Eun-woo), sang ibu pun marah dan hendak memotong alat
kelamin sang ayah. Untungnya sang ayah dapat menggagalkan niat gila istrinya
itu. Namun sang ibu justru melampiaskan kemarahannya itu kepada anaknya, dia
pun memotong alat kelamin anaknya sendiri. Sang anak pun begitu depresif, sang
ayah pun berusaha semampu mungkin membantu untuk dapat melakukan implant alat kelamin anaknya.
FYI, ini adalah
film ketiga dari Kim Ki-duk yang telah saya tonton setelah 3-Iron dan Pieta. Pada Moebius ini ceritanya sederhana,
sederhana sekali. Bagaimana seorang anak lelaki yang harus menjalani hidupnya
tanpa penis. Dan seperti yang kita ketahui, film-filmnya Kim Ki-duk memang
selalu sarat dengan hal-hal yang berbau kekerasan dan seksual. Tidak terkecuali
di Moebius, malahan dosis violence dan sexual-nya semakin meningkat. Bagian kekerasannya, jika anda
berpikir adegan potong penis yang saya sebutkan di sinopsis itu adalah sudah
begitu menyakitkan, bahkan menjijikan ketika sang ibu memakan potongan
tersebut. Tunggu sampai Kim Ki-duk memberikan adegan itu berkali-kali dan
memberikan adegan kekerasan lain yang tak kalah menyakitkannya, sebut saja
salah satunya adalah bagaimana menjadikan rasa sakit sebagai media kenikmatan
seksual.
January 30, 2014
August: Osage County (2013)
August: Osage County mengisahkan tentang
Violet Weston (Meryl Streep) yang baru saja ditinggal suaminya Beverly Weston
(Sam Shepard) setelah bunuh diri. Dalam rangka pemakaman Beverly, seluruh
anggota keluarganya pun berkumpul dalam satu rumah. Mulai dari ketiga putri
tercintanya; Barbara (Julia Roberts), Karen (Juliette Lewis) dan Ivy (Julianne
Nicholson) hingga menantu, cucu, dan adiknya pun turut datang. Mulai dari
pertemuan keluarga itulah muncul percekcokkan antar keluarga yang diliputi
perdebatan besar.
Film ini
diadaptasi berdasarkan salah satu pementasan teater yang pernah mendapat
Pulitzer Award berjudul sama milik Tracy Letts, yang mana dia juga menjadi
penulis naskahnya disini. Sedangkan dibangku sutradara diisi oleh John Wells. August: Osage County memfokuskan
ceritanya pada sebuah keluarga besar yang “gila”. Namun ini bukan malah menjadi
sebuah sajian yang membosankan. Beruntungnya film ini ditulis oleh orang yang
tepat, yakni si pemiliknya sendiri: Tracy
Letts. August: Osage County punya
fondasi struktur cerita yang kuat sedari awal hingga akhir. Diawali dengan
sabar memperkenalkan karakter-karakternya, siapa ini siapa itu, memberikan satu
akar masalah yang mengharuskan semua anggota keluarga berkumpul. Dan kisah yang
sebenarnya pun dimulai.
Inside Llewyn Davis (2013)
“If
it was never new, and it never gets old, then it’s a folk song.” –
Llewyn Davis
Inside Llewyn Davis mengisahkan tentang
Llewyn Davis (Oscar Isaac) seorang penyanyi music folk yang baru saja ditinggal
mati partnernya karena bunuh diri. Keeksistensiannya pun dipertaruhkan ketika
dia tidak punya tempat tinggal dan harus tinggal dengan temannya Jean Barkey
(Carey Mulligan) dan berpindah-pindah ketempat lain. Untung dia masih punya
orang-orang yang mau berbaik hati kepadanya untuk melanjutkan karirnya, namun
saying itu tidak berjalan mulus karena sikap negatif Davis yang kadang
memutarbalikkan hasilnya.
Film ini
disutradarai oleh Coen Brothers: Joel Coen dan Ethan Coen yang juga sekaligus
menulisnya, ceritanya terinspirasi dari seorang penyanyi folk Dave Van Ronk.
Mengisahkan tentang sosok Llewyn Davis yang harus mempertahankan hidupnya dalam
artian berjuang untuk pekerjaannya. Bagaimana sosoko Llewyn Davis yang disini
digambarkan sebagai seorang yang sial, mulai dari kematian partnernya yang
bunuh diri, kehilangan pekerjaan, usaha-usaha yang berakhir nihil dan segudang
masalah-masalah lainnya. Namun sosok Llewyn Davis disini mampu berjuang
mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memanfaatkan kesempatan dan
kemungkinan sekecil apapun agar bisa menjadi suatu yang lebih besar. Tidak
peduli berapa kali dia gagal, berapa kali dia tertimpa sial, dia tetap survive. Apalagi Llweyn Davis yang
disini untungnya masih memiliki sahabat-sahabat atau orang-orang yang ia kenal
atau bahkan tidak kenal sekalipun yang masih memiliki hati mulia yang bersedia
menolongnya. Sosok Llweyn Davis disini benar-benar diuji, mencoba menghilangkan
kebiasaan buruknya seperti sikap ambisius, ceroboh dan keras kepala. Ya, ini
seperti sebuah studi karakter. Dalam durasi satu setengah jam lebihnya, film
ini memang diselimuti tone sendu dengan sedikit bumbu komedi dalam dosis kecil.
January 29, 2014
Jackass Presents: Bad Grandpa (2013)
Jackass Presents: Bad Grandpa
mengisahkan tentang seorang kakek berjiwa muda bernama Irving Zisman (Johnny
Knoxville). Dia punya seorang anak perempuan, Kimmie (Georgina Cates), dan
seorang cucu, Billy (Jackson Nicoll). Sayangnya ibu dari Billy adalah seorang
yang tidak baik. Ibunya pun meminta kepada Irving untuk membawa Billy ke tempat
ayahnya, Chuck (Greg Harris) yang juga sialnya sama-sama seorang bapak yang
tidak baik. Irving dan Billy pun melakukan perjalanan menuju tempat bapaknya
Billy, selama perjalanan mereka berdua melakukan hal-hal gila.
Film ini
disutradarai oleh sutradara film Jackass sebelumnya
yakni Jeff Tremaine, sekaligus juga menulis screenplay-nya
bersama aktornya Johnny Knoxville dan Spike Jonze. Well, tahu dong Jackass?
Sekumpulan pria bangsat tak takut mati yang melakukan aksi stunt dan prank. Setelah Jackass: The Movie, Jackass: Number Two dan Jackass 3D, kali ini mereka kembali hadir lewat Jackass
Presents: Bad Grandpa. Namun ada dua perbedaan signifikan di film mereka
kali ini. Pertama, jika di film-film sebelumnya mereka melakukannya secara
bersama-sama, namun disini hanya akan ada Johnny Knoxville. Kedua, jika di
film-film sebelumnya mereka melakukan aksi gila hanya sebatas dokumenter biasa,
namun disini memiliki plot dengan cerita sederhana.
January 28, 2014
Short Term 12 (2013)
“It’s
impossible to worry about anything else when there’s blood coming out of you.”
– Grace
Short Term 12 mengisahkan tentang sebuah
tempat yang memfasilitasi anak-anak remaja yang mempunyai masalah, dengan
memiliki beberapa supervisor-nya
yakni Grace (Brie Larson), Mason (John Gallagher Jr.) dan seorang pria yang
tengah magang disana, Nate (Rami Malek). Yang mana di tempat ini salah dua
remajanya yakni Jayden (Kaitlyn Dever) dan Marcus (Keith Stanfield) memiliki
keperibadia yang sedikit berbeda dimana bisa saja mereka “meledak-ledak”.
Lantas bisakah Grace dan kawan-kawan memberikan sebuah lingkungan yang nyaman
bagi para remajanya.
Film ini
disutradarai oleh Destin Cretton sekaligus menulis screenplay-nya berdasarkan film pendeknya sendiri berjudul sama. Mengusung
tema coming-of-age, bagaimana
menceritakan sekumpulan anak-anak bermasalah yang dirawat agar menjadi lebih
baik. Memberikan kehangatan dan keceriaan dibalik masa lalu yang kelam dan
pedih. Short Term 12 bergerak dengan
santai dan tenang, mengalir dengan alami memberikan kita kedekatan terhadap
karakternya. Hadir tanpa adanya melodrama yang kelewat berlebihan, memberikan masalah-masalah
dengan tatanan yang pas diselipkan di atmosfernya yang hangat itu.
January 26, 2014
Stories We Tell (2012)
“When
you’re in the middle of a story, it isn’t a story at all but rather a
confusion, a dark roaring, a blindness, a wreckage of shattered glass and
splintered wood, like a house in a whirlwind or else a boat crushed by the
iceberg or swept over the rapids, and all abroad are powerless to stop it. It’s
only afterwards that it becomes anything like a story at all, when you’re
telling it to yourself or someone else.” – Michael Polley
Stories We Tell mengisahkan tentang
Sarah Polley yang telah kehilangan ibu
tercintanya, Diane Polley meninggal dunia ketika ia masih berumur 11 tahun
karena mengidap penyakit kanker. Sarah pun membuat sebuah dokumenter yang mana
itu meng-interview anggota keluargnya
lalu menceritakan kembali seperti apa ibunya, mulai terungkap satu per satu
informasi.
Film dokumenteri
ini disutradarai oleh Sarah Polley (Away
From Her, Take This Waltz) yang
juga sekaligus menulis naskah ceritanya.
Stories We Tell memfokuskan ceritanya pada masalah personal sang sutradara
sendiri. Yang mana ini menitik beratkan pada misteri dan rahasia keluarganya
khususnya ibunya sendiri. Memberikannya dengan data-data dan fakta-fakta yang
detil. Melakukannya dengan interview beberapa keluarganya; kakak, adik, ayah,
teman dekat ibunya, dll. Mereka memberikan perspektif sendiri-sendiri mengenai
mendiang ibu Sarah, menceritakan setiap kronologi dengan sabar. Menelusuri
ingatan manusia hanya untuk mencari sebuah kebenaran, ingin mengetahui
bagaimana dan seperti apa yang sebenarnya terjadi sebelum Sarah lahir karena
dia yang ditinggal mendiang ibunya ketika umur 11 tahun. Seiring waktu
berjalan, ini tidak lagi hanya sekedar mengenal ibu lebih jauh. Namun ini akan
lebih jauh bergerak pada kehidupan ibunya yang sangat personal, mulai dari situ
sedikit demi sedikit mulai terkuak rahasia yang selama ini dirahasiakan. Uniknya
saya merasa setiap interview itu bukan
hanya sekedar memberikan pendapat sendiri-sendiri, melainkan itu seperti saling
melengkapi kisah mereka satu sama lainnya.
Lone Survivor (2013)
“You
die for you country, I’m going live for mine.” – Axe
Lone Survivor mengisahkan tentang sebuah misi bernama Operation Red Wings yang dipimpin oleh Letnan Michael Murphy
(Taylor Kitsch) dengan membawa prajurit; Marcus Luttrell (Mark Wahlberg), Danny
Dietz (Emile Hirsch) dan Matthew Axelson (Eric Bana). Operation Red Wings adalah sebuah misi penagkapan Ahmad Shah, dia
adalah pimpinan kelompok Taliban yang sadis dan telah membunuh banyak jiwa.
Berhasilkah mereka?
Disutraadarai
oleh Peter Berg (The Kingdom, Hancock, Battleship) juga sekaligus bergerak sebagai penulis screenplay-nya mengadaptasi dari buku
berjudul sama karangan Marcus Luttrell berdasarkan kisah nyatanya mengenai
kegagalan Navy SEAL pada Operation Red
Wings tahun 2005. Well, setelah
Battleship yang luar biasa dicaci kritikus luar sana, Berg sepertinya sadar apa
kesalahannya. Sekarang lewat Lone Survivor dia akan membawa kita ke medan
perang. Jika membaca judulnya tentu kita sudah mengetahui arah ceritanya
bagaimana, apalagi ini diperjelas pada adegan pembukanya yang menampilkan Mark
Wahlberg yang sedang kritis. Dibuka dengan rekaman-rekaman asli latihan super
keras militer Amerika. Setelah itu memberukan ruang untuk kita mengenal
terlebih dahulu kwartet prajurit pemberani itu. Lalu tanpa basa-basi kita
langsung dibawa keatas bukit antah berantah di Afghanistan. Kita akan melihat
bagaimana taktik militer hingga sampai ke bagian action-nya yakni baku tembak jual beli peluru dalam dosis tinggi
dan ledakan bom dalam skala besar. Koregrafi action-nya begitu meyakinkan, intens dan menegangkan.
January 25, 2014
Blue Is the Warmest Color (2013)
Satu-satunya
alasan bahwa saya ingin menonton film ini adalah adanya fakta bahwa film ini
berhasil meraih Palme d’Or yakni film
terbaik di Cannes Film Festival 2013,
Blue Is the Warmest Color.
Blue Is the Warmest Color mengisahkan
tentang seorang gadis bernama Adèle (Adèle Exarchopoulos) seorang yang
polos terhadap cinta. Dia pun mencoba berpacaran dengan teman lelaki di
sekolahnya, Thomas (Jeremie Laheurte). Namun dia tidak merasakan suatu gejolak
cinta yang dalam. Sampai suatu hari Adèle pergi ke sebuah gay bar, disana dia
bertemu dengan seoran gadis tomboy bernama Emma (Léa Seydoux). Mereka berdua pun
semakin dekat dan akhirnya tumbuh rasa cinta diantara mereka.
Film yang
berjudul Perancis La Vie d’Adèle – Chapitres 1 & 2 ini
disutradarai oleh Abdellatif Kechiche yang juga sekaligus menulis screenplay-nya bersama Ghalia Lacroix
mengadaptasi dari novel grafik berjudul sama karangan Julie Maroh. Film
mengisahkan tentang perjalanan hitam putih hubungan percintaan sesama jenis
antara Adèle
dan Emma. Namun ini jauh dari sekedar kisah romansa, ini jauh lebih ke arah
kisah coming-of-age. Bagaimana
seorang gadis yang tengah tumbuh dewasa, mencari jati dirinya, dan merasakan pengalaman
kisah cinta serba pertama. Lalu disaat gadis ini sudah nyaman dengan kondisinya
sekarang terperangkap dalam gejolak cinta yang tidak semestinya, dia pun terjebak
dalam zona nyamannya sendiri yang justru itu memberikan sesuatu yang kompleks
nantinya. Blue Is the Warmest Color
memulainya dengan sabar, memberikan kita ruang untuk mengenal terlebih dahulu
sosok gadis cantik Adèle. Perlahan namun pasti dia mulai mengeluarkan taji
ceritanya. Arah kisah romansanya cukup gampang ditebak, yang mana faktor
kecemburuan menjadi penyebab masalah. Akhirnya muncul suatu permasalahan yang
emosional.
January 24, 2014
Saving Mr. Banks (2013)
“Disappointments
are to the soul what the thunderstorm is to the air.” – Travers
Saving Mr. Banks mengisahkan tentang Pamela
Lyndon Travers (Emma Thompson) seorang penulis yang salah satu karyanya adalah
Marry Poppins. Karyanya pun menarik perhatian seorang tokoh terkenal bernama
Walt Disney (Tom Hanks) untuk diadaptasi. Namun hal untuk mengadaptasinya
tidaklah mudah, selain bahwa sosok Travers yang menjengkelkan selama produksi,
ternyata karyanya itu menyimpan banyak kisah-kisah masa kecil yang begitu
personal.
Disutradarai
oleh John Lee Hancock (yang dikenal lewat The
Blind Side (2009)). Screenplay-nya
ditulis berdua oleh Kelly Marcell dan Sue Smith. Saving Mr. Banks mengisahkan tentang bagaimana proses dibalik
layarnya dalam produksi pembuatan Mary Poppins milik P. L. Travers. Well, mereka membagi cerita Saving Mr. Banks dalam dua masa, yakni pada
masa Travers memproduksi Mary Poppins dan pada masa kecil Travers. Dua masa
saling bergantian memberikan ceritanya dalam porsi yang seimbang yang mana saling
mendukung terhadap kelanjutan cerita di satu sisi. Khususnya pada masa depan
dimana Travers bernostalgia dan merenungi masa lalu kecilnya itu, masuk kedalam
kenangan masa lalu yang menciptakan tali emosional. Namun harus diakui di
beberapa bagian transisi atau perpindahan antara masa depan dan masa lalunya
terasa kasar. Dan jujur saya baru sadar bahwa Saving Mr. Banks punya dua cerita; masa depan dan masa lalu setelah
satu jam berlangsung. Awalnya saya kira ini memang sama-sama dua cerita di masa
depan namun di tempat yang berbeda.
January 23, 2014
The Broken Circle Breakdown (2012)
“Life
is not generous.” - Elise
The Broken Circle Breakdown mengisahkan
tentang sepasang suami istri; Didier Bontinck (Johan Heldenbergh) seorang
pemain banjo dalam sebuah grup band dan Elise Vandelvelde (Veerle Baetens)
seorang tukang tato. Mereka mempunyai anak perempuan bernama Maybelle (Nell
Cattrysse), yang suatu hari diketahui telah mengidap kanker dan harus menjalani
kemoterapi. Namun naas, Maybelle menghembuskan nafas terakhirnya. Mereka berdua
pun harus menjalani kehidupan sehari-hari dibawah baying-bayang kelam kematian
mendiang putri mereka.
Ditulis oleh
Felix Van Groningen yang juga bertindak sebagai sutradaranya bersama Carl Joos,
berdasarkan drama panggung yang ditulis Johan Heldenbergh dan Mieke Dobbets. Memberikan kisah mengenai
hitam putihnya sebuah hubungan percintaan suami istri. Mengupas habis tetek
bengek kehidupan rumah tangga dengan segala problematika seperti masalah anak,
pertengkaran, beda persepsi dll. Alur cerita The Broken Circle Breakdown bergerak dengan non-linear. Yakni bergerak maju mundur, melompat-lompat dari satu
masa ke masa. Yang mana itu menariknya berjalan silih bergantian antara
atmosfer bahagia dan sedih. Emosi penonton akan dibuat naik turun dengan tone ceritanya yang selang-seling itu,
mampu mengontrol emosi penontonnya dengan baik. Punya momen-momen emosional
yang mempermainkan perasaan. Uniknya kita tidak perlu membangun emosi kembali
ketika dihadapkan pada situasi yang emosional karena adanya perubahan tone ceritanya itu, ya karena sedari
awal kita memang sudah terikat dengan ceritanya. Selain mengenai hubungan drama
dan romansa kehidupan mereka. The Broken
Circle Breakdown Sesekali juga ceritanya merembet ke ranah agama dan
politik, di menjelang akhir ceritanya tepatnya.
Blue Jasmine (2013)
“Anxiety,
nightmares and a nervous breakdown, there’s only so many traumas a person can
withstand until they take to the streets and start screaming.” –
Jasmine
Blue Jasmine mengisahkan tentang
Jeanette “Jasmine” Francis (Cate Blanchett) seorang wanita yang telah ditinggal
suaminya yang kaya raya karena suatu kasus, Hal (Alec Baldwin). Meninggalkan
Jasmine dengan tanpa rumah dan uang. Jasmine pun tinggal sementara dengan
saudarinya, Ginger (Sally Hawkins). Mulai saat itulah Jasmine mencoba untuk move on dari keterpurukan masa lalunya
yang kelam itu. Dia mencoba untuk mencari pekerjaan dan pasangan hidup baru.
Film ini
disutradarai oleh seorang sutradara yang begitu produktif yang mana hampir
setiap setiap tahun selalu menelurkan film, namun karya-karyanya naik turun
secara kualitas, ya Woody Allen. Di Blue
Jasmine juga sekaligus bertindak menulis screenplay-nya. Tidak ada sesuatu yang baru dari film teranyar
Allen ini, masih mengusung beberapa pakemnya seperti di filmnya sebelumnya. Tapi
Allen berhasil mengelola materi yang sederhana itu dengan baik. Memfokuskan
ceritanya terhadap karakter Jasmine melalui studi karakter darinya yang tengah move on dari kerapuhan. Mengusung cerita
yang sederhana namun efektif menghasilkan masalah-masalah kecil kompleks. Punya
warna cerita yang ceria namun juga depresif disaat bersamaan. Alur ceritanya bergerak
maju mundur, dengan beberapa flashback
yang berpadu serasi silih berganti dengan kejadian masa kininya. Bagian-bagain
dramanya yang dibumbui komedi dengan pas, tanpa harus terlihat tumpang tindih
dan jatuh terlalu jauh ke zona komedi. Punya dereten dialog-dialog cerdas yang kuat,
mulai dari perdebatan hinggan selipan komedinya.
January 22, 2014
Blackfish (2013)
“They’re
not your whales. They own them!”
Blackfish memfokuskan ceritanya pada
seekor ikan paus atau killer whale
atau orca bernama Tilikium. Tilikium adalah salah satu orca yang menjadi artis
petunjukan dia SeaWorld. Yang mana suatu hari muncul kabar bahwa Tilikium telah
menyebabkan kematian yang merenggut nyawa dari pelatihnya sendiri bernama Dawn
Brancheau. Insiden ini pun memunculkan dua argumen berbeda mengenai penyebab
dari peristiwa tersebut. Yang manakah yang benar diantara dua argumen itu?
Disutradarai
oleh Gabriela Cowperthwaite dengan naskahnya ditulis bertiga bersamanya Eli
Depres dan Tim Zimmermann. Blackfish
adalah sebuah film dokumenter yang menitikkan pada persoalan abu-abu killer whale atau orca. Bagaimana dokumenter ini membongkar rahasia-rahasia
yang selama ini ditutupi dibalik praktik pertunjukan manisnya. Bagaimana
dimulai dari proses penangkapannya di laut lepas ribuan kilometer sana yang
keji sampai pada proses training
untuk dilatih beberapa trik-trik gerakan agar bisa menghibur para penontonnya.
Bahkan kerap kali orca diperlakukan dengan keras hingga tidak diberi makan
sebagai sebuah bentuk hukuman karena mereka yang memberi performa buruk.
Dibalik kelihatan luarnya yang memang bersahabat dan lucu, orca ternyata bisa
merenggut nyawa manusia. Orca diketahui adalah hewan bersahabat dan sensitif,
dia dapat sewaktu-waktu merasa bosan, frustasi, sedih hingga marah. Sejumlah
kasus menyebutkan bahwa orca-orca ini menyerang manusia karena mereka yang
berubah buas. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa kasus ini terjadi murni
karena kecelakaan si trainernya saja, bukanlah salah orca.
January 21, 2014
Her (2013)
Karena hubungan
cinta antara manusia dan manusai sudah terlalu mainstream. Maka Spike Jonze mencoba menghadirkan kisah cinta
berbeda antara manusia dan sistem operasi komputer lewat film terbarunya Her.
Her mengisahkan tentang Theodore Twombly
(Joaquin Phoenix) seorang pria kesepian yang bekerja sebagai penulis surat.
Suatu hari dia membeli sebuah operating system
yang intelegensi artifisial yang memang dirancang agar dapat berinteraksi
dengan manusia. Theodore pun mendapatkan sebuah OS seorang wanita bernama Samantha
(Scarlett Johansson). Dia tidak lagi kesepian, hari-harinya ditemani oleh suara
Samantha, dan mulai tumbuh perasaan diantara mereka sampai akhirnya menjalin
sebuah hubungan cinta yang unik.
Disutradarai
oleh Spike Jonze (Being John Malkovich,
Adaptation, Where the Wild Things Are) dan tidak seperti di film-filmnya
sebelumnya, yang mana filmnya selalu dibantu oleh penulis cerdas Charlie
Kaufman dalam hal screenplay. Kali
ini dia menulisnya sendiri, dan jika melihat hasil akhir dari Her, sepertinya dia telah belajar banyak
dari sesepuhnya itu. Satu kata yang pantas disematkan kepada Her adalah brilian. Di film keempatnya
ini, Spike Jonze menghadirkan kisah cinta yang berpadu dengan unsur science-fiction. Bagaimana hubungan
romansa yang awkward antara seorang
manusia dan operating system. Ini tidak hanya brilian, namun juga unik. Sedari
awal Her memang sudah memperlihatkan
tajinya bahwa film ini akan menjadi film romance
yang superb dan loveable. Punya banyak momen dan dialog yang manis dan romantis.
Ini adalah suatu contoh film romansa yang bagus tanpa harus menghadirkan
deretan adegan erotis. Dengan hanya bermodalkan fondasi cerita yang kokoh dan
dialog yang kuat, maka Her dengan
mudahnya menjelma menjadi sebuah romansa yang begitu membuai.
January 20, 2014
Dallas Buyers Club (2013)
“Watch
what you eat and who you eat.” – Ron Woodroof
Dallas Buyers Club mengisahkan tentang
Ron Woodroof (Matthey McConaughey) seorang ahli listrik sekaligus cowboy rodeo
yang suatu hari dia divonis positif mengidap AIDS oleh dua orang dokter; Dr.
Sevard (Michael O’Neill) dan Dr. Eve Saks (Jennifer Garner), dan hidupnya hanya
bertahan 30 hari lagi. Dia pun melakukan penelitian kecil sendiri, dan
mengetahui bahwa obat bernama AZT dapat menambah kemungkinan hidupnya. Namun
obat itu masih illegal, dia pun berusaha mencari sendiri obat tersebut. Bersama
dengan rekannya Rayon (Jared Leto), Woodroof memutuskan untuk
memperjual-belikan AZT dan obat-obat bagi para pengidap AIDS lainnya secara
rahasia dengan membentuk sebuah klub bernama Dallas Buyers Club.
Dengan Jean-Marc
Vallée
sebagai sutradaranya sedangkan screenplay-nya
ditulis oleh Craig Borten dan Melisa Wallack berdasarkan kisah nyata dari
seorang Ron Woodroof yang berjuang mempertahankan hidupnya. Memulai dua pertiga
filmnya dengan kisah survival
terhadap penyakitnya. Bagimana saat dia pertama kali divonis positif AIDS dan
hidupnya tinggal 30 hari lagi, lalu dengan sikap egoisnya dia merasa tidak ada
yang bisa mengambil nyawanya. Juga bagaimana ketika Woodroof yang mencari obat
untuk penyakitnya itu sendiri tanpa lewat media rumah sakit. That’s interesting. Tapi yang paling
menarik bagi saya adalah bagian ketika sosok Woodroof yang disini dikucilkan dan
dihina teman-temannya. Sebenarnya pada bagian ini punya potensi untuk membuat
sesuatu yang simpatik dan emosional lalu muncul ledakan emosi dipenghujung
ceritanya yang bikin ini film ciamik punya. Tapi Dallas Buyers Club tidak ada
itu, harus diakui saya tidak terlalu bersimpatik terhadap tokoh Woodroof
disini.
January 19, 2014
The Wolf of Wall Street (2013)
“The
easiest way to make money is create something of such value that every body
wants and go out and give and create value, the money comes automatically.”
The Wolf of Wall Street mengisahkan
tentang Jordan Belford (Leonardo DiCaprio) seorang pialang saham kaya berekihdupan
mewah yang pada suatu hari akibat sebuah peristiwa saham, tempat dia bekerja
bangkrut. Dia pun bangkit dan bergabung ke perusahaan baru, bersama Donni Azoff
(Jonah Hill) dan beberapa orang lain. Mereka pun menuai kesuksesan hingga
Jordan mendapatkan seorang wanita cantik yang dinikahinya bernama Naomi
Lapaglia (Margot Robbie). Namun salah satu agen FBI, Patrick Denham (Kyle
Chandler), mencium adanya keanehan di perusahaan Jordan tersebut.
Disutradarai
oleh Martin Scorsese dengan screenplay-nya
ditulis ulang oleh Terence Winter berdasarkan memoir berjudul sama karangan Jordan
Belfort sendiri. Well, film yang
menandai kolaborasi kelima Scorsese dan Leonardo DiCaprio ini lebih mengisahkan
tentang kehidupan hedonisme seorang Jordan Belford. The Wolf of Wall Street berjalan dengan alur dan tempo yang cukup
cepat dan asyik serta dengan pergerakan ceritanya yang dinamis, namun
lama-kelamaan mulai terasa cukup melelahkan hingga durasinya yang mencapai 3
jam itu. Film ini punya banyak dialog-dialog cerdas seputar masalah keuangan,
saham dan perusahaannya, di beberapa bagian menghadirkan tips-tips bisnis.
Namun disisi lain film yang punya rating R ini juga punya banyak dialog-dialog
kasar dan jorok, penuh dengan sumpah serapah dan kalimat vulgar. Ya alhasil
film ini banyak dilarang penayangannya di beberapa negara karena banyak
mengandung adegan-adegan yang melibatkan konten seksual, nudity, pemakaian drugs dan bahasa kasarnya. Trivia: film ini
menggunakan kata f*ck sampai 569
kali.
January 18, 2014
The Secret Life of Walter Mitty (2013)
“TO
SEE THE WORLD, THINGS DANGEROUS TO COME TO, TO SEE BEHIND WALLS, TO DRAW
CLOSER, TO FIND EACH OTHER AND TO FEEL. THAT IS THE PURPOSE OF LIFE.”
The Secret Life of Walter Mitty
mengisahkan tentang Walter Mitty (Ben Stiller) seorang pekerja di sebuah majalah
bernama LIFE. Tugasnya adalah menyusun foto-foto untuk cover majalah. Suatu
hari sebuah klise foto penting bernomor 25 tiba-tiba hilang. Yang semestinya
foto tersebut harus dimuat di cover majalah LIFE edisi terakhir. Walter pun
berusaha untuk menemukan klise foto tersebut sampai harus membahayakan
keselamatan dirinya.
Film ini
disutradarai sendiri oleh pemeran utamanya Ben Stiller. Dengan screenplay-nya ditulis oleh Steve Conrad
berdasarkan cerita pendek berjudul sama karangan James Thurber. Well, kalau boleh saya bilang The Secret Life of Walter Mitty adalah
sebuah film dengan multi genre.
Selain drama, film ini juga dibalut komedi, romansa, fantasi, adventure bahkan action (sedikit). Drama, mungkin sisi inilah yang paling dominan.
Bagaimana tokoh Walter disini dihadapkan dengan masalah-masalah kompleks.
Dihadapkan dalam posisi harus mengambil resiko, walau sekalipun itu dapat
membahayakan nyawanya. Bagaimana sikap pantang menyerah sebelum mendapatkan apa
yang ia inginkan. Terus berjuang mewujudkan mimpi-mimpinya, tidak hanya duduk
diam berangan-angan semata. Tampak dari bungkusnya The Secret Life of Walter Mitty memang nampak seperti film yang
begitu inspiratif, berisi banyak momen dan kata-kata motivatif.
January 16, 2014
American Hustle (2013)
David O.
Russell, sutradara yang sukses membawa dua filmnya; The Fighter dan Silver Linings Playbook berjaya di ajang Oscar. Kini, dengan membawa alumni dari
dua filmnya itu ke American Hustle,
apakah juga akan berjaya di Oscar?
American Hustle mengisahkan tentang
Irving Rosenfeld (Christian Bale) seorang penipu handal yang mempunyai partner
sekaligus kekasihnya dengan wanita cantik bernama Sydney Prosser (Amy Adams), namun
disisi lain Irving juga tengah bermasalah dengan istri terdahulunya, Rosalyn
Rosenfeld (Jennifer Lawrence). Sampai suatu hari mereka ditangkap oleh agen
FBI, Richard DiMaso (Bradley Cooper). Namun bukannya ditahan, mereka justru
diminta oleh Richie untul membantunya menangkap para penipu yang lain, salah
satunya adalah seorang walikota bernama Carmine Polito (Jeremy Renner).
Film ini screenplay-nya juga ditulis oleh David
O. Russell, ditulisnya bersama Eric Warren Singer berdasarkan operasi ABSCAM
oleh FBI akhir tahun 70an hingga awal 80an. Mengangkat kisah nyata kriminal
yang dibalut sentuhan drama dan komedi, namun beberapa nama karakter disini
diganti tidak sesuai dengan aslinya. Alur dan tempo ceritanya berjalan dengan
asyik dan cukup cepat, dengan beberapa kali flashback.
Membentuk struktur cerita dengan fondasi yang kuat, tanpa harus memberikan
penontonnya sebuah emosinalitas dan kompleksitas cerita yang berlebihan. Dan
seperti halnya film crime kebanyakan,
American Hustle juga akan lebih
banyak diisi oleh isu-isu politik seperti tipu muslihat, korupsi, konspirasi,
pengkianatan dll. Hadir dengan twist
menghadirkan belokan-belokan cerita yang mengejutkan. Film ini tidak seserius
yang terlihat diatas kertas. American
Hustle juga punya sisi romance-nya,
yang mana disini ada cinta segitiga antara Irving, Sydney, dan Rosalyn. Juga
film yang awalnya mempunyai judul American
Bullshit ini punya kadar komedi yang berhasil mengundang gelak tawa, baik
itu dari komedi situasi ataupun dari dialognya.
January 15, 2014
Only God Forgives (2013)
“Time
to meet the devil”
Only God Forgives mengisahkan tentang Julian
(Ryan Gosling) seorang warga Amerika yang pindah ke Thailand lalu mengurus
sebuah boxing club sekaligus tempat
penyelundupan narkoba. Suatu hari dia mendapat kabar bahwa kakaknya, Billy (Tom
Burke) telah tewas dibunuh. Kabar itu sampai ke teliga ibu mereka, Crystal
(Kristin Scott Thomas), dia pun mencari pelaku pembunuhan tersebut dan mencoba melakukan
balas dendam. Namun rencana itu tidak berjalan lancer, karena ada seorang polisi
misterius bernama Chang (Vithaya Pansringarm) yang telah mengusut kasus ini.
Jika ditanya,
film apa yang paling underrated tahun
lalu? Only God Forgives. Film apa
yang paling membagi dua kubu penontonnya? Only
God Forgives. Film yang menandai kolaborasi kedua sutradara Nicholas
Winding-Refn dan actor Ryan Gosling setelah Drive (2011) ini banyak mendapat reaksi
negatif dari kritikus luar sana. Namun disisi lain juga mendapat pujian,
terlebih lagi ketika Cannes tahun lalu, yang mana ketika film diputar mendapatkan
dua reaksi, pertama, cemoohan; kedua, tepuk tangan meriah. Dan jujur saya
termasuk pada kubu yang menyukainya. Well,
naskahnya yang juga ditulis Winding-Refn ini berjalan dengan alur dan tempo yang
lambat ditambah lagi dengan minimnya dialog. Yang saya paling saya sukai dari
film ini adalah film ini surreal, arthouse, atau apalah itu namanya, pokoknya
film ini nyeni banget. Dibalik tutur ceritanya yang mungkin bagi kritikus luar
sana kosong itu ternyata film ini lebih berisi dan punya simbolisme tentang
hubungan manusia dan tuhan yang dalam.
January 9, 2014
Best Movie Posters of 2013
Sebelum melihat
list Best Movies of 2013 saya.
Mungkin ada baiknya untuk melihat list saya satu ini. Well, ini pertama kalinya saya bikin list Best Movie Posters. Harus diakui tahun 2013 lalu punya banyak
poster-poster film yang keren. Setelah berusaha untuk meliaht poster sebanyak
mungkin, cukup sulit bagi saya untuk mengerucutkannya menjadi 10 besar saja. List
saya ini saya fokuskan pada poster-poster film rilisan tahun 2013 saja. Jadi
untuk teaser poster film tahun 2014 tidak masuk hitungan, poster-poster bagus
kayak The Grand Budapest dan Nymphomaniac tidak saya masukan. Dan
list saya ini pun tidak bisa dibilang “terbaik” sepenuhnya, ini murni subjektif
saya. Ok, without further ado, this is my
top 10 movie posters of 2013!
January 8, 2014
12 Years a Slave (2013)
“I
don’t want to survive. I want to live.” – Solomon Northup
12 Years a Slave mengisahkan tentang
Solomon Northup (Chiwetel Ejiofor) seorang kaum kulit hitam yang memiliki
talenta dalam hal musik ini menyebut dirinya free man. Suatu hari dia diculik
lalu dijual beli sebagai budak. Lantas seorang pemilik perkebunan yang baik
bernama Ford (Benedict Cumberbacth) pun membelinya. Namun justru kepintarannya itu membawakannya
masalah kepada Tibeats (Paul Dano). Khawatir sesuatu terjadi pada Solomon, dia
pun dijual kembali. Kali ini dibeli oleh Edwin Epps (Michael Fassbender),
seorang yang kejam memperlakukan budaknya. Disana Solomon pun harus berjuang
memperjuangkan keadilannya.
Steve McQueen,
dialah dalang dibalik film ini. Setelah Shame
dua tahun lalu yang tidak diperhatikan Oscar padahal punya kualitas yang
bagus. Kali ini dengan membawa 12 Years a
Slave, dia sepertinya ingin membalasnya dan membuktikan kembali bahwa
filmnya memang layak diperhitungkan. Sekarang dia mengangkat cerita berdasarkan
dari kisah nyata yang tertulis dalam autobiografi karya Solomon Northup yang screenplay-nya ditulis oleh John Ridley.
Cerita tentang rasis dan perbudakan memang menjadi daya tarik sendiri, apalagi
untuk orang asli USA sana. Ini seperti membuka kembali luka lama yang perih.
Seperti halnya film tentang perbudakan kebanyakan, 12 Years a Slave juga menghadirkan perilaku kejam nan sadis ras
kulis putih kepada kaum kulit hitam. Bentuk-bentuk siksaan yang diperlihatkan
cukup eksplisit, mengeksploitasi fisik dengan brutal hingga menyisakan luka
yang mendalam secara psikologis.
January 7, 2014
All Is Lost (2013)
“All
is lost here… except for soul and body… that is, what’s left of them… and a half-day’s
ration” – Our Man
All Is Lost mengisahkan tentang seorang
pria (Robert Redfords) yang tengah berlayar sendirian di Samudera Hindia. Suatu hari dia menemukan kapalnya
berlubang dikarenakan benturan sebuah konteiner yang akhirnya mengakibatkan
kebocoran. Tidak lama setelah itu datang badai besar menghantam kapalnya. Pada
situasi ini dia harus berjuang sendirian untuk bertahan hidup di tengah laut dengan
kondisi kapal yang rusak serta peralatan dan makananan yang seadanya.
Disutradarai
oleh J. C. Chandor yang juga sekaligus menulis naskahnya. Film ini sedikit
banyak mengingatkan saya dengan Life of Pi tahun lalu, yang mana sama-sama tentang kisah bertahan hidup di tengah
laut. Namun All Is Lost jauh lebih
sederhana dari film Ang Lee yang setia ditemani harimau Benggala itu. Disini
Robert Redford benar-benar sendiri, hanya ditemani alam yang juga sekaligus
menjadi musuh yang menakutkan. Alasan lain yang menjadikan film ini sederhana
adalah minimnya dialog dalam durasi lebih dari satu setengah jamnnya, bahkan
monolog sekalipun. Punya naskah cerita yang teliti dan cukup padat menghadirkan
setiap detil-detil adegannya saja. Alur dan tempo ceritanya naik turun, masalah
muncul tensi pun meningkat - ketika masalah reda tensi menurun, begitu
seterusnya. Namun harus diakui pada paruh pertamanya All Is Lost kurang mampu mengikat emosi saya, dalam artian saya
tidak terlalu bersimpati kepada si tokoh utama. Seperti di beberapa bagian yang
sebenarnya berpotensi emosional, tidak terasa begitu simpatik. Dan saat paruh
keduanya cukup berhasil mengikat emosi saya, apalagi saat ending-nya itu.
January 6, 2014
About Time (2013)
Time travel, mungkin satu dari sekian
banyak subgenre yang selalu menarik untuk ditonton. Apalagi jika itu
digabungkan dengan genre romance, contohnya seperti About Time.
About Time mengisahkan tentang Tim
(Domnhall Gleeson), seorang pria canggung yang suatu hari diberi ayahnya (Bill
Nighy) sebuah rahasia bahwa setiap keturunan pria dalam keluarganya memiliki
kemampuan melakukan perjalanan waktu, cukup dengan mengepalkan tangan dan
melakukannya di sebuah ruang sempit. Namun perjalanan waktu ini punya peraturan,
yakni: 1) Hanya bisa ke masa lalu, 2) Tidak bisa ke masa lalu sebelum si pelaku
lahir, dan 3) Perjalanan waktu sebelum anak lahir akan mengakibatkan anak
berbeda yang dilahirkan dan anak yang asli akan hilang. Tim memanfaatkan
kemampuannya itu untuk mencari jodohnya, dia pun bertemu dengan seorang wanita
bernama Mary (Rachel McAdams).
Disutradarai dan naskahnya ditulis oleh sutradara yang sudah pengalaman mengarahkan serta menulis film drama-romansa yang manis – Four Weddings and a Funeral (1994), Nothing Hill (1999), Bridget Jones’ Diary (2001), Love Actually (2003) – dia adalah Richard Curtis. Menggabungkan kisah romantisme dan balutan fiksi ilmiah perjalanan waktu plus dengan bumbu komedinya. Alur ceritanya bergerak cepat dan ceria. Terdengar sangat menarik, punya potensi yang besar untuk menarik perhatian penontonnya. Dan itu berhasil di awalnya, ketika kita pertama kalinya melihat Tim melakukan perjalanan waktu dengan peraturan-peraturannya yang cukup rumit. Ya walaupun dibeberapa bagian terasa monoton karena menghadirkan konflik yang tergolong sama walaupun dalam tatanan yang berbeda: sesutu yang buruk terjadi - diperbaiki di masa lalu - akhirnya menjadi baik lagi. Akhirnya ketika ada satu momen yang berpotensi emosional, itu tidak lagi terasa begitu menyentuh. Dan semuanya terasa datar, tidak ada konflik yang begitu berarti untuk membuat sebuah ledakan emosional diakhirnya.
January 4, 2014
Fruitvale Station (2013)
“I’m
good. I’m good. I’m gonna be good.”
– Oscar Grant
Fruitvale Station mengisahkan tentang
Oscar Grant (Michael B. Jordan) seorang pria 22 tahun mantan narapidana yang
baru saja dipecat dari tempat dia bekerja. Memiliki seorang istri, Sophina
(Melonie Diaz) dan seorang putri Tatiana (Ariana Neal). Suatu malam disaat
Oscar bersama teman-temannya hendak
pergi merayakan tahun baru di pusat kota menggunakan kereta, sialnya ketika di
stasiun sesuatu yang tidak diinginkan pun terjadi.
Mungkin sinopsis
yang saya tulis di atas sama sekali tidak mengandung spoiler. Namun justru ketika anda menonton adegan pembuka dari Fruitvale Station inilah yang berupa spoiler. Ya, adegan pembuka film ini
adalah ending-nya. Sedari awal anda
sudah mengetahui bagaimana akhir dari film ini. Tapi apakah itu mengurangi
kenikmatan dalam menontonnya? Sama sekali tidak. Karena proses menuju akhirnya
itulah yang penting untuk diikuti. Well,
Fruitvale Station disutradarai dan nashkahnya
ditulis oleh Ryan Coogler. Mengangkatnya berdasarkan kisah tragis nyata tahun
2009 silam di Fruitvale BART Station, Oakland, California. Alur cerita dari
film yang diproduseri Forrest Whitaker ini berjalan santai, mencoba perlahan
menarik simpati penontonnya melalui kehidupan Oscar yang kompleks itu. Dan
ketika anda sudah terikat, maka ketika ending-nya
yang ironis itu bergulir begitu emosional dan menegangkan.
January 2, 2014
The Spectacular Now (2013)
Oke. Lagi, lagi
dan lagi tahun 2013 diisi film coming-of-age
yang bagus. Setelah Mud, The Way Way Back, dan The Kings of Summer. Sekarang hadir The Spectacular Now.
The Spectacular Now mengisahkan tentang
Sutter Keely (Miles Teller), seorang pemuda 18 tahun yang berkehidupan hedonisme yang telah putus dengan pacarnya Cassidy (Brie Larson). Suatu hari setelah
pulang dari pesta semalam suntuk, dia menemukannya dirinya terbagun di pagi
hari di halaman sebuah rumah milik Aimee (Shailene Woodley), seorang wanita
teman sekolahnya yang sederhana dan pemalu bahkan dia belum pernah pacaran
sebelumnya. Mereka berdua pun dekat, Sutter pun memacari Aimee dengan tujuan
yang pada awalnya hanya untuk mengenalkan dunia pacaran itu seperti apa kepada
Aimee.
James Ponsoldt,
dialah orang dibalik manisnya The
Spectacular Now ini. Bergerak sebagai sutradara yang screenplay-nya ditulis oleh Scott Neustadter dan Michael H. Weber
mengadaptasi dari nover berjudul sama karangan Tim Tharp, duo writers dibalik (500) Days of Summer (2009) yang indah itu. Ini adalah
drama-romance, dan The Spectacular Now
melakukan kerja dengan baik diawal. Membukanya terlebih dahulu dengan membangun
cerita dan membentuk chemistry yang
kuat dengan perlahan, tidak terburu-buru langsung ke bagian point-nya. Bagaimana membuat bagian
awalnya itu terlihat nyata dan bersahabat serta mengalir dengan santai, dan
ketika penonton telah tenggelam dalam ceritanya, barulah bergerak kebagian
intinya. Bagian dramanya yang melibatkan diri Sutter sendiri lewat permasalahan
dengan orang tua serta sekolahnya. Bagian romansa disini begitu alami, membawa
formula lama; perkenalan, pacaran, muncul masalah, penyelesaian masalah; itu
bagus, ya walaupun dibeberapa bagian ada yang cenderung predictable atau klise.
January 1, 2014
Most Anticipated Movies of 2014
Tahun 2013 sudah lewat, saatnya memulai tahun 2014 dengan membuat list Most Anticipated Movies of 2014. Oh iya, list Best Movies of 2013 saya mungkin akan di-post 26 Januari nanti. Well, setelah memilah-milah dari banyak film yang diberitakan rilis tahun 2014, akhirnya terpilihlah 10 film yang paling saya tunggu tahun ini. Dan ini tidak termasuk film-film 2013 yang baru dirilis di 2014, seperti Her, The Wolf of Wall Street, dan 12 Years a Slave, dll. So, check this out!
Subscribe to:
Posts (Atom)